Sering menonton balap mobil? Formula 1,
Rally, atau balap Touring? Mungkin alasan Anda menonton acara tersebut
sekadar ingin melihat bagaimana mobil melaju kencang di lintasan, atau
memang ada pembalap yang digemari.
Tapi,
tahukah Anda jika di dalam mobil balap prototip seperti Formula 1,
misalnya, ada bagiannya yang sama dengan bagian di kendaraan Anda. Well,
tentu tak sama 100%. Soalnya mobil balap Formula 1 memang tak
diproduksi secara masal. Maklum saja, setiap mobil memang dirancang
secara spesifik dengan karakter pengemudinya.
Paddy
Lowe, Executive Director Mercedes F1 Team menjelaskan pada Eurosport,
“Apakah ada transfer teknologi antara mobil balap dan mobil harian?
Jelas ya, namun tidak seperti memindahkan baut dari mobil balap ke mobil
harian. Ada beberapa contoh transfer langsung ataupun tak langsung, di
mana F1 bertugas seperti laboratorium riset untuk mengembangkan solusi
baru dan menunjukkan teknologi terbaru pada dunia.”
Ajang
unjuk gigi? Tentu benar, apalagi jika satu merek pabrikan berhasil
menapaki tangga juara, biasanya pamor mereka di industri otomotif pun
terdongkrak. Namun kesombongan bukanlah satu-satunya alasan. Seperti
dikatakan Paddy Lowe: Ajang riset.
Sebagai
medan yang memungkinkan terjadinya berbagai variabel kondisi yang harus
dihadapi mobil, F1 atau ajang balap lainnya memang lokasi yang tepat
untuk mempelajari hasil dari teknologi yang mereka terapkan. Toh, di
dalam sirkuit atau lintasan tertutup tersebut, apalagi dalam kondisi
kompetisi, performa suatu perangkat bisa digali hingga maksimal.Nah,
kali ini kami rangkum untuk Anda, 10 teknologi dari dunia balap, yang
bisa Anda temukan di mobil harian Anda.
Paddle Shift
“Sensasi
berkendara sporty,” tentu sering kita mendengar frasa itu disebut oleh
para Agen Pemegang Merek ketika mempromosikan fitur paddle shift.
Kalimat itu tentu tak salah, sebab asal teknologi ini memang dari dunia
balap, utamanya dari F1.
Tuas
yang terletak tepat di belakang lingkar kemudi ini memang diadopsi
langsung dari ruang kabin Formula 1. Namun alasan insinyur F1
menggunakan ini di jet darat tersebut tentu lebih fungsional, agar
pebalap mudah memindahkan posisi gigi tanpa perlu melakukan banyak
gerakan. Selain itu, dengan paddle shift juga memungkinkan mereka untuk
memaksimalisasi kokpitnya. Honda Jazz, Mazda2 GT, Mitsubishi All New Pajero Sport, adalah beberapa mobil yang menggunakan fitur ini.
Stir Dengan Tombol Multifungsi
Apakah
di setir mobil Anda ada tombol untuk pengaturan audio? Atau bahkan ada
tombol lain untuk mengatur cruise control, multi information display,
hingga tombol pengaturan berat kemudi seperti yang ada di Kia Carens?
Nah, maka mobil Anda sudah mengadopsi satu lagi fitur yang berasal dari
F1.
Setir di F1 merupakan
satu-satunya perangkat untuk mengontrol mobil. Semua perintah untuk
mengendalikan pengaturan mobil hanya bisa diakses dari setir ini.
Prinsip yang sama diadopsi oleh para APM agar pengemudi bisa mengontrol
banyak hal seperti audio, telepon, multimedia, dari lingkar kemudi saja.
ERS
Anda mungkin kenal dengan teknologi hybrid, misalnya saja yang digunakan oleh Toyota Camry Hybrid atau Honda CR-Z.
Di mana selain mesin bakar internal konvensional, mesin didampingi oleh
motor elektrik yang bisa memanen energi kinetik dan menyimpannya
menjadi energi listrik di baterai, untuk kemudian disalurkan menjadi
tenaga gerak. Tujuannya? Efisiensi bahan bakar tentunya
Prinsip
sama juga saat ini diterapkan di F1. Sistem ini dinamakan Energy
Recovery System (ERS). Sistem ini lebih advanced lagi ketimbang sistem
mesin hibrida yang bisa memanen energi kinetik saja, namun energi panas
pun bisa diserap dan dikonversi menjadi energi listrik untuk
menggerakkan motor listrik dan menyumbang tenaga hingga 160 PS!
Aerodinamika
Hampir
semua model mobil yang saat ini dijual, dirancang dengan struktur bodi
yang memiliki unsur aerodinamika. Pasalnya ketika sektor ini dilupakan,
udara yang dihantam mobil ketika bergerak, malah akan jadi hambatan.
Di
era 1950-1960an, mobil-mobil mulai terpengaruh oleh bentuk streamline
yang diambil dari mobil-mobil yang turun di arena balapan. Hal tersebut
kemudian berevolusi menjadi sebuah ilmu pengetahuan tersendiri, mengenai
bagaimana dengan presisi mendesain sebuah mobil agar bisa memiliki
bentuk yang streamline dan memiliki nilai aerodinamika tinggi.
Hingga
saat ini, berbagai perkembangan aerodinamika di dunia balap, khususnya
F1, terus berusaha diadaptasikan ke mobil di jalanan. Tujuannya kurang
lebih sama, meringankan koefisien drag (tahan), meningkatkan downforce,
dan menstabilkan kendaraan.
Sequential Gearbox
Formula
1 menggunakan sistem transmisi semi otomatis yang sangat canggih.
Transmisi ini layaknya girboks manual yang diotomatiskan koplingnya,
seperti yang digunakan oleh mobil harian seperti Fiat 500, Smart Fortwo,
atau Karimun Wagon R AGS, tapi tentunya yang digunakan F1 jauh dan jauh lebih canggih.
Di
F1, kopling masih dibutuhkan, tapi hanya untuk start saja. Sisanya,
perpindahan gigi tak lagi perlu menarik tuas kopling di balik setir.
Aplikasinya sedikit berbeda dengan semi otomatis di mobil harian, di
mana pedal kopling tak lagi disematkan dan gigi bisa berpindah secara
otomatis.
Active Suspension
Jika
Anda adalah salah satu pengendara mobil mewah dengan pengaturan mode
berkendara yang bisa mengontrol kekerasan suspensi, maka beruntunglah.
Teknologi ini merupakan salah satu batu loncatan besar yang ditemukan
dari dunia balap F1.
Di tahun
1980an, tim Lotus Formula One mengembangkan teknologi Active Suspension
untuk mendukung performa mobil balap tunggangan Ayrton Senna ketika
melibas tikungan. Sistem suspensi ini bisa menyesuaikan kekerasan dan
kelembutannya sesuai dengan medan yang dihadapi mobil.
Banyak
mobil di jalanan yang saat ini sudah menggunakan sistem ini agar mobil
mereka sanggup menghadirkan kenyamanan dan performa handling mumpuni
dalam satu paket suspensi. Misalnya saja, BMW M3, MINI JCW,
Mercedes-Benz.
Teknologi Ban
Di
setiap musim balap, khususnya Formula 1, para pabrikan ban berkompetisi
untuk menjadi ban official yang akan digunakan sepanjang musim.
Alasannya bukan hanya bisnis, namun mereka berusaha menghadirkan
teknologi ban terdepan mereka dan menjadikan F1 sebagai laboratorium
eksperimen mereka. Semua hasil performa ban digali oleh para insinyur
untuk dipelajari dan diadaptasikan pada ban harian.
Misalnya
saja material karet ban, ketahanannya diuji lewat ajang balap.
Keberhasilan material ini di ajang balap meski tak 100% persis
diaplikasikan di ban mobil harian, namun teknologi di dunia balap turut
membantu para insinyur ban untuk menemukan komposisi material tertepat
di jalan raya.
Mesin
Well,
perkembangan mesin di mobil pabrikan memang berkembang secara simultan
seiring tumbuhnya teknologi di dunia balap. Tentunya mesin di dunia
balap selalu berkembang lebih dulu. Soalnya para insyinyur di sana tak
perlu memikirkan bagaimana proses produksi masal atau penjualan.
Berbagai
teknologi di mesin yang berkembang dengan meniru aplikasi di mobil
balap seperti direct injection, high pressure fuel, material mesin,
hingga sistem penyaluran udara ke mesin.
Disc Brake
Siapa
sangka, teknologi ini juga berkembang pesat justru di dunia balap.
Maklum saja, di atas roda, terdapat mesin yang bertugas mengalirkan
tenaga semaksimal mungkin untuk melajukan kendaraan secepat yang mereka
bisa. Nah, rem sebagai peredam kecepatan pun turut dikembangkan. Ketika
rem drum atau tromol sudah tak mampu meredamnya, maka piringan lah
peredamnya. Teknologi rem cakram memang bukan ditumbuhkan lewat ajang
Formula 1, melainkan balap ketangguhan mobil, Le Mans.
Namun,
perkembangannya saat ini, banyak yang mengadaptasi teknologi cakram
yang saat ini digunakan di lintasan balap. Yakni piringan cakram dengan
komposit karbon. Perangkat rem ini biasanya hanya digunakan mobil-mobil
mewah atau performa tinggi seperti Ferrari, Lamborghini, dan lainnya.
Material Ringan
Pernah
dengar prinsip power to weight ratio? Perbandingan bobot dan tenaga?
Nah, prinsip dasar mekanikal fisika ini menjadi perhatian utama di
lintasan balap. Pasalnya seiring bertambahnya teknologi dan perangkat,
satu-satunya cara membuat mobil tetap kompetitif selaiin menaikkan
tenaga, adalah dengan menurunkan bobot.
Caranya
adalah dengan menggunakan ragam material untuk menyusun aneka
perangkat. Misalnya saja mesin, saat ini material mesin sudah
menggunakan beragam bahan. Mulai dari alloy untuk blok mesin, sampai
plastik untuk bagian cover head.
Sedangkan
untuk bodi, pabrikan yang cerdas menggunakan material adalah Jaguar
Land Rover. Untuk meringankan bobotnya, hampir semua bagian bodi,
termasuk rangka menggunakan material aluminium alloy. Reduksi bobotnya
pun luar biasa, di Jaguar F-Type misalnya, mencapai 400 kg.
Material
lain digunakan oleh Lamborghini. Adalah Carbon Fiber Reinforced
Polymer, material yang mengombinasikan plastik dan karbon yang
memungkinkan struktur kuat, fleksibel, namun juga ringan. Material ini
digunakan di antaranya pada Aventador LP700-4 yang bobot bodinya hanya
220 kg! Jangan heran jika harga mobilnya mahal, maklum saja, teknik
serupa juga saat ini masih digunakan oleh tim di Formula 1 untuk
menyusun bodi mobil balap tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar