Seperti olahraga lainnya, seorang petinju pun akan mengalami cedera. Bentuk – bentuk cedera tinju dibagi kedalam dua bagian ;
1. Cedera akut,
2. Cedera kronis,
Cedera yang bersifat akut pada latihan / pertandingan tinju :
a. Pecah-pecah pada bibir,
b. Luka / memar pada tubuh,
c. Pendarahan dari dalam hidung,
d. Gigi goyang.
Cedera yang bersifat kronis pada latihan / pertandingan tinju :
a. Sobek lebar pada bibir,
b. Pendarahan yang tiada henti dari dalam hidung,
c. Sobek pada kulit alis atau kening dan kelopak mata,
d. Patah tulang dan tulang iga,
e. Persendian lepas pada bahu dan ibu jari,
f. Ulu hati cedera pada saat petinju jatuh,
g. Cedera pada bagian mulut ( mulut, gigi, dan dagu )
h. Cedera pada kepala
- Komosio cerebri ( Geger Otak ),
- Kontusio cerebri ( Memar Otak ),
- Epidural bleeding ( Pendarahan Epidural ),
- Subdural bleeding ( Pendarahan Subdural ),
- Disfungsi neurologis - yang disebut sindrom punch mabuk.
Bentuk bentuk cedera yang biasa dialami petinju antara lain ;
A. Cedera Pada Hidung
Luka pada hidung adalah salah satu cedera yang paling jelas di atas ring. Hidung, merupakan target favorit di antara petinju, dan epistaksis adalah
patah tulang hidung. Dalam hal ini pertarungan harus dihentikan untuk
mengantisipasi menembusnya cedera pada pelat berkisi.
Cereda pada hidung terjadi karena pukulan benda tumpul atau terjatuh,
cedera ini disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah dari pleksus kiesselbach. Gejala yang ditimbulkan adalah keluarnya darah dari dalam hidung disertai rasa sakit atau nyeri.
Pertolongan pertama pada cedera ini adalah :
a. Sang petinju didudukan, batang hidung dipijat dengan jari – jari tangan, sementara petinju diharuskan bernafas dari mulut.
b. Pijatan dilakukan sedikit di bawah tulang rawan hidung, dengan posisi ibu jari berhadapan dengan jari lainnya.
c. Pemijatan
dilakukan sedemikian rupa dalam waktu kurang lebih 5 menit, pasien
bernafas melalui mulut, agar diharapkan pendarahan berhenti.
d. Hidung
dan mulut dibersihkan dari darah. Bisanya pendarahan akan berhasil,
sebaiknya diberi kompres dingin dibatang hidung, mata hingga pipi.
e. Apabila metode pemijitan tidak berhasil, maka si petinju harus dikeluarkan dari dalam ring dan dilarikan kerumah sakit.
f. Biasanya oleh dokter diberikan larutan adrenalin 1 % ke dalam hidung aytau diberikan tampon.
g. Apabila
terjadi fraktur atau retak pada bagian hidung, maka untuk menghentikan
pendarahan batang hidung tidak boleh dipijat, akan tetapi diberikaan
kompres dingin saja, lalu langsung dibawa ke rumah sakit terdekat,
jangan sekali – kali meniupkan urada kedalam hidung dengan paksa untuk
mengeluarkan bekuan – bekuan darah, sebab ini akan menimbulkan pembekuan
baru.
B. Cedera Pada Mata
Cedera mata kadang-kadang terjadi, derajat perlukaan pada mata sangat
bervariasi, biasanya hanya mengenai kelopak mata saja, tetapi yang
terberat adalah mengenai bola mata.
Cedera ini merupakan cedera cukup berat yang dapat menyebabkan
kebutaan. Semua cedera pada mata jangan dianggap ringan, sebaiknya
langsung dikirim ke rumah sakit terdekat.
C. Cedera Patah Tulang dan Tulang iga ( kosta )
Mayoritas cedera ini adalah keseleo yang dari waktu ke waktu, itu menyebabkan hipertrofi rematik, atau memerintah dengan sendirinya sehingga tulang punggung karpal mengalami kejang- kejang.
Cedera umum yang mengancam adalah sinovitis traumatis kronis, yaitu peradangan dan pembengkakan yang dapat menyebabkan subluksasi. Butuh waktu istirahat yang luas diperlukan dalam menyembuhkan cedera ini dan operasi sering dilakukan demi kesembuhan cedera.
Rib patah dan memar dinding dada sangat umum terjadi pada petinju. Dokter, khususnya ringside
harus menyadari gejala ini, para petinju yang mengalami cedera ini
sering mencoba untuk menyembunyikan luka-luka dalam mereka sebelum
pertandingan kualifikasi.
D. Fraktur Kosta
Biasanya fraktur kosta disertai dengan sesak nafas. Fraktur kosta
yang paling berbahaya adalah ketika patahan tulang rusuk merobek
pembungkus paru – paru / pleura. Hal ini dapat menyebabkan tembusnya
paru – paru yang biasa disebut pneumotoraks, hal ini dapat menyebabkan kematian mendadak karena paru – paru tak dapat mengembang dan mengempis lagi.
Pertolongan pada cedera ini denga cara :
Pada daerah cedera harus dipasang strapping, strapping ini adalah dengan cara membalut tekanan yang kuat selama 2-3 minggu. Ada 2 cara dalam melakukan metode ini :
- Dada
dilingkari dengan 2 atau 3 kali purtaran elastis perban yang luasnya
2-3 inci pada daerah cedera. Sewaktu elastopas dilepas atlet diharapkan
menghembuskan nafas atau exspirasi maksimum.
- Dapat
dengan menempelkan plester yang tebal dan lebar untuk menutupi daerah
cedera. Plester dimulai dari tulang sternum sampai melewati garis tengah
punggung dan dipasang melintang, dan atlet diharapkan menghembuskan
nafas yang maximum.
E. Cedera pada Bahu dan Ibu Jari
Cedera bahu sering terjadi karena terlalu lelah, cedera ini juga bisa disebabkan oleh external violence akibatnya body contact sport, cedera petinju biasanya lukasio / sublukasio dari artikulasio humeri.
Cedera ini sering terjadi karena pemakaian yang berlebihan atau body contact sport. Sendi bahu tergolong sangat lemah karena sifatnya globoidea
dimana hanya diperkuat oleh ligamentum dan otot - otot bahu saja. Pada
cedera ini pertolongan pertama adalah hanya boleh dilakukan oleh seorang
dokter spesialis.
Robekan ligamentum jaminan ulnaris ibu jari cedera itu pada satu waktu sangat umum, namun telah banyak berkurang dalam tinju ketika pemakaian sarung tangan ibu jari ( gloves thumb ).
fraktur metacarpal
adalah salah satu cedera olahraga tinju. Pukulan salah arah adalah
penyebab untuk patahan metakarpal, yang juga dikenal sebagai patah
tulang. Dan dislokasi pada ibu jari dapat terjadi terutama pada body contact sport.
F. Cedera Pada Bagian Mulut ( gigi dan dagu )
Cedera ini biasanya terjadi pada cabang body contact sport.
Dimana dalam derajat cedera ini gigi dapat tanggal atau patah, kadang
pula patah pada tulang rahang petinju. Cedera ini dapat menyebabkan :
- Tidak sadar dalam waktu yang amat singkat ( dibawah 10 detik )
- Tidak sadar dalam waktu yang cukup singkat ( diatas 10 detik )
- Tidak sadar dalam waktu yang sangat lama, langsung jatuh kelantai.
Cedera ini jarang terjadi karena sebelum melakukan pertandingan seorang ringside memeriksa petinju dalam pemakaian perlindungan gigi.
G. Cedera Pada Kepala
Cedera ini merupakan cedera yang paling kronis dalam pertandingan
tinju.Biasanya berupa pukulan pada kepala ( trauma ) pada cabang body contact sport. Biasanya atlete mengalami pusing, sempoyongan bahkan sampai tidak sadar dalam beberapa menit.
Cedera kepala dapat menimbulkan berkurangnya kesadaran / pingsan dalam
beberapa detik, petinju yang mengalami pingsan selama lebih dari 10
detik tidak diperbolehkan melanjutkan pertandingan.
Cedera yang mungkin terjadi pada kepala petinju ini adalah :
- Komosio cerebri ( Geger Otak ),
- Kontusio cerebri ( Memar Otak ),
- Epidural bleeding ( Pendarahan Epidural ),
- Subdural bleeding ( Pendarahan Subdural ),
- Disfungsi neurologis - yang disebut sindrom punch mabuk.
a. Komosio cerebri ( Geger Otak )
Kehilangan kesadaran untuk sementara waktu, tanpa disertai kelainan pada otak. Pada gejala ini disertai oleh trias, yaitu :
- Mual ( muntah )
- Pusing ( sakit kepala )
- Pingsan
Apabila
pelatih mengalami gejala trias tersebut harus secepatnya mengeluarkan
pemain dari ring arena kemudian di istirahatkan dalam kamar atau tempat
tenang. Posisi tidur terlentang, kepala tanpa bantal, letak kepala
dimiringkan agar muntahan tersebut dengan mudah keluar sehingga tidak
menutupi jalan nafas.
Lakukan
pemeriksaan terlebih detail dari reflek pupil mata, sambil melihat
besar kecilnya pupil kanan dan kiri. Ketika ditemukan petinju dengan
pupil dan kanan dan kiri tidak sama, berarti pasien bukan semata – mata
mengalai geger otak, yaitu dalam keadaan gawat disertai dengan kelainan
jaringan otak, dan secepatnya dibawa ke rumah sakit. Dalam keadaan
sadar, pengiriman ke rumah sakit tidak diperbolehkan menggunakan bantal.
b. Kontusio cerebri ( Memar Otak )
biasanya cedera ini lebih berat, gejalanya hamper mirip dengan Komosio cerebri, setelah
trauma pada kepala, terjadi kehilangan kesadaran dalam waktu yang lama.
Beberapa menit dan beberapa hari disertai kelainan organ / jaringan
otak.
Gejala gejalanya :
- Muntah
- Berkeringat dingin, pusing
- Pasien tidak sadar
- Amnesia ( lupa akan kejadian - kejadian yang lalu )
Pemain yang seperti ini sebaiknya langsung mendapatkan perawatan ke rumah sakit, untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.
Pertolongan pertama :
- Pemain
tidak ditidurkan dalam keadaan miring dengan maksud untuk tidak terjadi
aspirasi ( masuknya kotoran, muntahan, darah ke jalan pernapasan )
- Mulut dan hidung dibersihkan dari muntahan agar tidak menghalangi jalan pernapasan.
- Dagu ditarik kedepan supaya pangkal lidah tidak jatuh ke belakang dan tidak menghalangi jalannya pernapasan.
- Dalam pengangkutan ke rumah sakit, kepala diletakan tanpa bantal, miring, supaya muntahan tidak masuk ke pernapasan.
c. Epidural bleeding ( Pendarahan Epidural )
pendarahan ini adalah pendarahan diatas selaput otak / durameter karena pecahnya arteri.
Gejala – gejalanya :
- Setelah
terjadinya cedera pada kepala, pasien akan kehilangan kesadaran
sebentar ( beberapa detik sampai beberapa menit ) kemudian sadar lagi
- Setelah itu pasien akan mengantuk, kesadaran menurun , lalu pasien jatuh sehingga dalam keadaan tak sadar.
- Ketidaksadaran ini disertai dengan kelumpuhan separuh badan pada posisi berawanan dengan cedera.
- Selanjutnya kejang kejang, sehingga akan mengalami kematian jikalau pertolongan tidak dilakukan secara cepat.
Pertolongan pertamanya :
Setiap
terjadi kehilangan atau ketidaksadaran maka sebaiknya segera mungkin
membawa korban ke rumah sakit terdekat untuk menjalani perawatan
intinsif.
d. Subdural bleeding ( Pendarahan Subdural )
Pendarahan ini terjadi dibawah selaput otak / durameter dan yang
mengalami perpecahan adalah pembuluh balik / vena. Terjadinya perlahan –
lahan kemudian semakin lama semakin banyak darah yang keluar, sehingga
menekan jaringan otak.
Pendarahan subdural ini mempunyai 3 Stadium :
- Stadium Akut
setelah
cedera, pasien tidak sadar, kemudian sadar lagi, dalam waktu 2 – 48 jam
pasien mulai mengantuk, kesadaran menurun, selanjutnya jatuh dalam
keadaan koma.
- Stadium Sub Akut
setelah
cedera, pasien tidak sadar, kemudian sadar lagi, dalam waktu seminggu
pasien mulai mengantuk, kesadaran menurun, selanjutnya jatuh dalam
keadaan koma.
- Stadium Cronik
setelah
cedera, pasien tidak sadar, kemudian sadar lagi, dalam waktu1 minggu
sampai 6 bulan terjadi gejala - gejala kesadaran menurun, selanjutnya
jatuh dalam keadaan koma kemudian mengakibatkan kematian.
Pertolongan pertama :
Jikalau
menemukan petinju yang tidak sadar ( koma ), segeralah kirim ke rumah
sakit untuk mendapatkan pengawasan dokter secara ketat, apabila telat
maka akan berdampak pada kematian.
3 komentar:
Ini sumbernya dari mana ya?
mohon dijawab :)
Kok kaya ada yang kurang y??
Kok kaya ada yang kurang y??
Posting Komentar