Didirikan pada tahun 1897 sebagai Sport Club Juventus oleh sekelompok siswa muda di kota Turin,[3] yang dipimpin oleh Eugenio Canfari dan saudaranya Enrico,[8][9][10] klub ini kemudian dikelola oleh industrialis keluarga Agnelli sejak tahun 1923, yang merupakan kemitraan olahraga tertua di Italia, sehingga membuat Juventus menjadi klub profesional pertama di negara itu.[11][12] Seiring waktu, klub telah menjadi simbol dari budaya bangsa dan Italianità ("Italia"),[13][14][15] karena tradisi mereka sukses, beberapa di antaranya memiliki dampak yang signifikan dalam masyarakat Italia, terutama pada tahun 1930-an dan dekade pertama pasca-perang yang sekaligus mempengaruhi politik ideologis dan asal sosial ekonomi simpatisan klub. Hal ini tercermin antara lain, dalam kontribusi klub untuk tim nasional sepak bola Italia sejak paruh kedua tahun 1920-an yang kemudian diakui sebagai salah satu yang paling berpengaruh dalam sepak bola internasional karena turut berperan penting dalam kemenangan Piala Dunia 1934, 1982 dan 2006. Basis penggemar klub ini lebih besar daripada klub sepak bola Italia lainnya dan merupakan salah satu yang terbesar di seluruh dunia. Dukungan untuk Juventus tersebar luas di seluruh negeri dan luar negeri, terutama di negara-negara dengan keberadaan yang signifikan dari imigran Italia.[16][17][18][19]
Juventus secara historis adalah klub paling sukses di sepak bola Italia dan salah satu yang paling penting secara global.[20][21][22] Secara keseluruhan, mereka telah memenangkan lima puluh lima gelar resmi di pentas nasional dan internasional, lebih dari klub Italia lainnya: rekor dua puluh sembilan gelar liga, rekor sembilan piala Italia, rekor enam piala super nasional, dan dengan sebelas gelar dalam konfederasi dan antar-konfederasi kompetisi (dua Piala Interkontinental, dua Liga Champions UEFA, satu Piala Winners UEFA, rekor tiga Piala UEFA, satu Piala Intertoto UEFA dan dua Piala Super UEFA) klub saat ini di peringkat keempat di Eropa dan kedelapan di dunia dengan paling banyak trofi yang dimenangkan.[23]
Juventus juga menjadi salah satu klub sepak bola Italia dengan jumlah fans terbesar[18], dan diperkirakan ada 170 juta orang didunia yang juga menjadi fans Juve.[24] Klub ini menjadi salah satu pencipta ide European Club Association, yang dulu dikenal dengan nama G-14, yang berisikan klub-klub kaya Eropa. Klub ini juga menjadi penyumbang terbanyak pemain untuk tim nasional Italia.
Pada dekade 1980-an di bawah manajemen Giovanni Trapattoni, klub imi berhasil meraih tiga belas piala resmi dalam sepuluh tahun sampai tahun 1986, termasuk enam gelar liga dan lima gelar internasional; Juventus menjadi klub pertama dalam sejarah sepak bola Eropa telah memenangkan tiga kompetisi utama yang diselenggarakan oleh UEFA: Piala Champions Eropa, (sekarang sudah tidak berfungsi) Piala Winners dan Piala UEFA (sisi Italia dan Eropa Selatan pertama yang memenangkan turnamen).[25][26][27][28][29][27] Setelah kemenangan mereka di Piala Interkontinental pada tahun yang sama, klub juga menjadi yang pertama dalam sejarah sepak bola—dan tetap menjadi satu-satunya saat ini—telah memenangkan semua kemungkinan di kompetisi resmi UEFA dan gelar juara dunia.[30][31][32][33] Menurut sepanjang masa ranking diterbitkan pada tahun 2009 oleh Federasi Internasional Sejarah Sepak bola dan Statistik, organisasi yang diakui oleh FIFA, berdasarkan kinerja klub dalam kompetisi internasional, Juventus adalah klub terbaik Italia dan kedua di Eropa abad ke-20.[22]
Sejak 2006 klub ini bermarkas di Stadio Olimpico di Torino yang menggantikan markas sebelumnya yaitu Stadion Delle Alpi yang dirobohkan dan dibangun ulang sebagai stadion baru bernama Juventus Stadium. Juventus resmi memakai stadion baru mereka tesebut pada awal September 2011.[34]
Daftar isi
- 1 Sejarah
- 2 Warna, logo, dan julukan
- 3 Stadion
- 4 Pendukung
- 5 Rivalitas
- 6 Himne Juventus
- 7 Pembinaan pemain muda
- 8 Pemain
- 9 Sejarah presidensial
- 10 Prestasi dan penghargaan
- 11 Rekor dan statistik klub
- 12 Kontribusi untuk tim nasional Italia
- 13 Informasi Ekonomi
- 14 Catatan kaki
- 15 Bibliografi
- 16 Pranala luar
Sejarah
Awal mula
Pada 1906, beberapa pemain Juve secara mendadak menginginkan agar Juve keluar dari Turin.[3] Presiden Juve saat itu, Alfredo Dick kesal dan ia memutuskan hengkang untuk kemudian membentuk tim tandingan bernama FBC Torino yang kemudian menjadikan Juve vs. Torino sebagai Derby della Mole.[37] Juventus sendiri ternyata tetap eksis walaupun ada perpecahan, bahkan bisa bertahan seusai Perang Dunia I.[36]
Dominasi liga
Juventus kemudian pindah kandang ke Stadio Comunale, tetapi di akhir 1930-an dan di awal 1940-an mereka gagal merajai Italia. Bahkan mereka harus mengakui tim sekota mereka, A.C. Torino. Secercah prestasi kemudian muncul di musim 1937-38 saat Juve menjuarai Piala Italia pertama mereka setelah di final mengalahkan klub sekota mereka, Torino.
Setelah berada di posisi 6 pada musim 1940-41, Juve lantas merebut Piala Italia kedua mereka di musim berikutnya. Di periode ini, Italia ikut Perang Dunia II dan ini membuat jalannya Liga menjadi terhambat. Sepak bola Italia kemudian memutuskan untuk terus berlangsung saat masa perang berjalan. Pada 1944, Juve ikut serta dalam sebuah turnamen lokal, yang akhirnya urung diselesaikan. Pada 14 Oktober, Liga kembali bergulir dan ditandai dengan derby Torino vs. Juventus. Torino yang saat itu mendapat sebutan "Grande Torino" kalah 2-1 dari Juventus. Namun di akhir musim justru Torino berhasil juara. Pada jeda musim panas, sebuah peristiwa penting terjadi di Juve pada 22 Juli 1945, Gianni Agnelli mengambil alih posisi presiden klub, meneruskan tradisi keluarga Agnelli. Dalam kepempinannya, Agnelli mendatangkan Giampiero Boniperti dalam jajaran staffnya. Ditambah amunisi baru seperti Muccinelli dan striker asal Denmark John Hansen. Setelah Perang Dunia II usai Juve berhasil menambah dua gelar Seri-A pada 1949–50 dan 1951–52, dibawah kepelatihan orang Inggris, Jesse Carver.
Gianni Agnelli lantas meninggalkan klub pada 18 September 1954. Tahun ini periode gelap Juve dimulai dengan hanya mampu finish di posisi 7. Musim berikutnya, di bawah arahan manajer Puppo yang mengandalkan skuat muda Juve mulai mencoba bangkit. Setelah serangkaian kekalahan karena skuat yang belum matang, pada November 1956 kabar baik berembus dengan masuknya Umberto Agnelli sebagai komisioner klub. skuat menjadi kuat dengan kedatangan beberapa pemain hebat seperti Omar Sivori dan pemuda Wales bernama John Charles yang menemani para punggawa lama seperti Giampiero Boniperti. Musim 1957-58, Juve kembali berjaya di Seri-A, dan menjadi klub Italia pertama yang mendapatkan bintang kehormatan karena telah memenangi 10 gelar Liga Seri-A. Di musim yang sama, Omar Sivori terpilih menjadi pemain Juventus pertama yang memenangi gelar Pemain Terbaik Eropa. Juve juga berhasil memenangi Coppa Italia setelah mengalahkan ACF Fiorentina di final. Boniperti pensiun di 1961 sebagai top skorer terbaik Juventus sepanjang masa dengan 182 gol di semua kompetisi yang ia ikuti bersama Juventus.
Di era 1960-an, Juve hanya sekali memenangi Seri-A yaitu di musim 1966–67. Tetapi pada era 1970-an, Juve kembali menemukan jatidirinya sebagai klub terbaik Italia. Di bawah arahan Čestmír Vycpálek, Juve berusaha bangkit di musim 1971-72. Di paruh pertama musim, Juve belum stabil dalam permainan dan di paruh kedua mereka berhasil kembali ke performa terbaik terutama saat mencapai final Fairs Cup (cikal bakal Piala UEFA) namun kalah dari Leeds United. Di pekan ke-4 liga, Juve kemudian berhasil mengalahkan AC Milan 4-1 di San Siro ditandai permainan apik Bettega dan Causio. Namun beberapa saat kemudian, Bettega harus istirahat karena sakit dan posisi pertama klasemen milik Juve menjadi terancam. Untungnya mereka berhasil konsisten dan merebut scudetto ke-14 mereka. Selanjutnya di musim 1972-73 Juve kedatangan Dino Zoff dan Jose Altafini dari Napoli. Di musim ini, Juve dihadapkan pada jadwal di Seri-A dan kompetisi Eropa. Setelah berjuang sampai menit akhir, Juve berhasil menyalip AC Milan, yang secara mengejutkan kalah dipertandingan terakhir mereka, dan merebut scudetto ke-15. Juve juga bahkan berhasil masuk final Piala Champions musim tersebut, namun di mereka kalah dari Ajax Amsterdam yang dimotori oleh Johan Crujff. Selanjutnya mereka berhasil menambah tiga gelar lagi bersama defender Gaetano Scirea di musim 1974-75, 1976–77 dan 1977–78. Dan dengan masuknya pelatih hebat bernama Giovanni Trapattoni, Juve berhasil memperpanjang dominasi mereka di era 1980-an.
Pentas Eropa
Musim panas 1983, Juve kehilangan dua pilar inti mereka. Dino Zoff gantung sepatu di usia 41 tahun sedangkan Bettega beralih ke Kanada untuk mengakhiri kariernya di sana. Juve lantas merekrut kiper baru dari Avellino: Stefano Tacconi dan Beniamino Vinola dari klub yang sama. Sementara Nico Penzo menjadi pendampong Rossi di lini depan. Juve pada saat itu berkonsentrasi penuh di dua kompetisi, Liga dan Piala Winner. Hasilnya, melalui penampilan yang konsisten sepanjang musim, Juve merengkuh gelar liga satu minggu sebelum kompetisi usai. Dan gelar ini ditambah gelar lainnya di Piala Winner saat mereka mengalahkan Porto 2-1 di Basel pada 16 Mei 1984. Dua gelar ini sangat bersejarah dan merupakan prestasi bagi kapten klub Scirea dan kawan-kawan.
Setelah era keemasan Rossi usai, Michel Platini kemudian secara mengejutkan berhasil menjadi pemain terbaik Eropa tiga kali berturut-turut; 1983, 1984 dan 1985, di mana sampai saat ini belum ada pemain yang bisa menyamai dirinya. Juventus menjadi satu-satunya klub yang mampu mengantarkan pemainnya menjadi pemain terbaik Eropa sebanyak empat tahun berurutan.[39] Platini juga menjadi bintang saat Juve berhasil menjadi juara Liga Champions Eropa pada 1985 dengan sumbangan satu gol semata wayangnya. Tragisnya, final melawan Liverpool FC dari Inggris tersebut yang berlangsung di Stadion Heysel Belgia, harus dibayar mahal dengan kematian 39 tifoso Juventus akibat terlibat kerusuhan dengan para hooligans dari Liverpool. Sebagai hukuman, tim-tim Inggris dilarang mengikuti semua kejuaraan Eropa selama lima tahun.[40] Juventus kemudian merebut scudetto terakhir mereka di era 1980-an pada musim 1985-86, yang juga menjadi tahun terakhir Trappatoni di Juventus. Memasuki akhir 1980-an, Juve gagal menunjukkan performa terbaiknya, mereka harus mengakui keunggulan Napoli dengan bintang Diego Maradona, dan kebangkitan dua tim kota Milan, AC Milan dan Inter Milan.[36] Pada 1990, Juve pindah kandang ke Stadio delle Alpi, yang dibangun untuk persiapan Piala Dunia 1990.[41]
Kesuksesan era Lippi
Sesaat setelah bangkit kembali, para pemain Juventus yang biasa-biasa saja saat itu secara mengagumkan bisa mengembangkan diri mereka menjadi pemain-pemain bintang. Mereka adalah Zinedine Zidane, Filippo Inzaghi dan Edgar Davids. Juve kembali memenangi Seri-A musim 1996–97 dan 1997–98, termasuk juga Piala Super UEFA 1996[43] dan Piala Interkontinental 1996.[44] Juventus juga mencapai final Liga Champions di musim 1997 dan 1998, tetapi mereka kalah oleh Borussia Dortmund (Jerman) dan Real Madrid (Spanyol).[45][46]
Setelah absen satu musim Lippi kembali, penandatanganan pemain nama besar seperti Gianluigi Buffon, David Trezeguet, Pavel Nedvěd dan Lilian Thuram, membantu tim untuk dua gelar scudetto lebih dalam 2001-02 dan 2002-03 musim.[36] Juventus juga bagian dari akhir semua Italia Liga Champions pada tahun 2003 tetapi kalah dari Milan melalui adu penalti setelah pertandingan berakhir imbang 0-0. Tahun berikutnya, Lippi diangkat sebagai pelatih kepala Italia, membawa mengakhiri salah satu periode manajerial yang paling produktif dalam sejarah Juventus.
Skandal "Calciopoli"
Banyak pemain kunci meninggalkan klub menyusul penurunan pangkat ke Serie B, termasuk Thuram, striker Zlatan Ibrahimović dan bek tengah Fabio Cannavaro. Namun, pemain bernama besar lain seperti Buffon, Del Piero, Trezeguet, dan Nedved tetap untuk membantu klub kembali ke Seri-A sementara anak-anak dari Primavera seperti Sebastian Giovinco dan Claudio Marchisio diintegrasikan ke dalam tim utama. Bianconeri dipromosikan langsung kembali sebagai juara liga setelah musim 2006-07, sementara kapten Del Piero mendapat penghargaan pencetak gol terbanyak dengan 21 gol.
Kembali ke Serie A
Sejak mereka kembali ke Serie A di musim 2007–08, mantan manajer Chelsea Claudio Ranieri berhasil menangani Juventus selama dua musim.[48] Mereka menempati posisi ketiga di musim pertama mereka kembali, dan lolos ke Liga Champions 2008–09 babak kualifikasi ketiga pada tahap awal. Juventus mencapai babak grup, di mana mereka mengalahkan Real Madrid di kedua leg kandang dan tandang, sebelum kalah di babak gugur dengan Chelsea. Ranieri dipecat menyusul serangkaian hasil buruk, dan Ciro Ferrara ditunjuk sebagai manajer secara sementara untuk dua pertandingan terakhir musim ini,[49] sebelum kemudian diangkat sebagai manajer untuk musim 2009-10.[50]Dengan Conte sebagai manajer, Juventus tak terkalahkan untuk seluruh musim. Menjelang paruh kedua musim ini, tim itu sebagian besar bersaing dengan rival utara Milan untuk tempat pertama dalam pertandingan yang ketat. Juventus memenangkan gelar pada pertandingan ke-37, setelah mengalahkan Cagliari 2-0, dan Milan kalah dari Internazionale 4-2. Setelah kemenangan di pertandingan final melawan Atalanta 3-1, Juventus menjadi tim pertama untuk musim tak terkalahkan dalam arus Format 38 pertandingan. Prestasi penting lainnya termasuk yang terbesar kemenangan tandang (5-0 di Fiorentina), rekor terbaik defensif (20 gol kebobolan, paling sedikit pernah dalam format liga saat ini) di Serie A dan terbaik kedua di atas enam liga Eropa tahun itu.[52]
Warna, logo, dan julukan
Kostum kandang asli Juventus |
Juventus lantas menanyakan pada pemain yang memakai baju belang tersebut, yaitu orang Inggris bernama John Savage, apakah ia bisa mengontak teman-temannya di Inggris yang bisa menyuplai kostum Juve dengan warna tersebut. Ia lantas menghubungi temannya yang tinggal di Nottingham, yang menjadi supporter Notts County, untuk mengirim kostum belang hitam-putih ke Turin, dan temannya tersebut menyanggupinya.[53]
Dalam perjalanan sejarahnya, Juve telah memiliki beberapa nama julukan, la Vecchia Signora[1] (the Old Lady dalam bahasa Inggris atau "si Nyonya Tua" dalam bahasa Indonesia) merupakan salah satu contoh. Kata "old" (tua) merupakan bagian dari nama Juventus, yang berarti "youth" (muda) dalam Latin.[6] Nama ini diambil dari usia para pemain Juventus yang muda-muda di era 1930-an. Nama "lady" (nyonya) merupakan bagian dari sebutan para tifoso ketika memanggil Juve sebelum era 1930-an. Klub ini juga mendapat julukan la Fidanzata d'Italia (the Girlfriend of Italy dalam bahasa Inggris atau "Kekasih Italia" dalam bahasa Indonesia), karena selama beberapa tahun, Juve selalu memasok pemain baru dari daerah selatan Itala seperti dari Naples atau Palermo, di mana selain bermain sebagai pemain sepak bola, mereka juga bekerja untuk FIAT sejak awal 1930-an. Nama lain Juve adalah: I Bianconeri (the black-and-whites, atau Si Belang) dan Le Zebre (the zebras[54], atau Si Zebra) yang mengacu pada warna Juventus. I gobbi (the hunchbacks) adalah julukan yang digunakan untuk mendefinisikan pendukung Juventus, tetapi juga digunakan kadang-kadang untuk pemain tim. Asal yang paling banyak diterima dari gobbi tanggal ke tahun lima puluhan, ketika tim Bianconeri mengenakan jersey besar. Ketika pemain berlari di lapangan, kostum, yang memiliki pembukaan di dada dengan tali, menghasilkan tonjolan di bagian belakang (semacam efek parasut), memberikan kesan bahwa para pemain memiliki bungkuk.[55]
Stadion
Dari 1909 sampai 1922, Juve bermain di Corso Sebastopoli Camp, dan selanjutnya mereka pindah ke Corso Marsiglia Camp di mana mereka bertahan sampai 1933, dan memenangi empat gelar liga. Di akhir 1933 mereka bermain di Stadion Mussolini yang disiapkan untuk Piala Dunia 1934. Setelah PDII, stadion tersebut berganti nama menjadi Stadion Comunale Vittorio Pozzo. Juventus memainkan pertandingan kandangnya di sana selama 57 tahun dengan total pertandingan sebanyak 890 kali.[56] Sampai akhir Juli 2003 tempat tersebut masih dipakai sebagai sempat latihan Juve yang resmi.[57]
Dari tahun 1990 sampai akhir musim 2005-06, Juve menggunakan Stadion Delle Alpi, sebagai kandang mereka yang aslinya dibangun untuk Piala Dunia 1990, sesekali Juve juga menggunakan stadion lain seperti Renzo Barbera di Palermo, Dino Manuzzi di Cesena dan San Siro di Milan.[57]
Agustus 2006 Juve kembali bermain di Stadion Comunale, yang sekarang dikenal dengan nama Stadion Olimpiade, setelah Stadion Delle Alpi dipakai dan kemudian direnovasi untuk Olimpiade Musim Dingin Turin 2006.
Pada November 2008 Juventus mengumumkan bahwa mereka akan menginvestasikan dana sebesar €100 juta untuk membangun stadion baru di bekas lahan Stadion Delle Alpi. Berbeda dengan Delle Alpi, stadion baru Juve ini tidak menyertakan lintasan lari, dan jarak antara penonton dengan lapangan hanya 8,5 meter saja, mirip dengan mayoritas stadion di Inggris, di mana kapasitasnya diperkirakan akan berisi 41.000 kursi. Pekerjaan ini dimulai pada musim semi 2009, dan mulai awal musim 2011-12 stadion tersebut kemudian dipakai untuk mengarungi musim dan sejarah baru Juventus.
Pendukung
Tiket-tiket pertandingan kandang Juve memang tidak selalu habis setiap kali Juve bertanding di Seri-A atau Eropa, kebanyakkan fans Juve di Turin mendukung tim kesayangan mereka lewat bar-bar atau restoran. Di luar Italia, kekuatan supporter Juventus sangatlah kuat. Juve juga sangat popular di Italia Utara dan Pulau Sisilia, dan menjadi kekuatan besar saat Juve bertanding tandang,[60] lebih dibandingkan para pendukung di Turin sendiri.
Untuk kawasan Indonesia sendiri sejak awal musim 2006-07 sudah berdiri sebuah komunitas khusus bagi para penggemar Juventus, dengan nama Juventus Club Indonesia (JCI). Komunitas ini kemudian diakui sebagai satu-satunya fans club resmi Juventus untuk Indonesia pada awal musim 2008-09 setelah hampir tiga tahun berjuang untuk mendapatkan lisensi dari pihak Juventus Italia.[61][62]
Rivalitas
Juventus mempunyai beberapa rival utama di Italia. Pertama adalah klub sekota, FC Torino, di mana setiap pertandingan derbi melawan Torino selalu dijuluki Derby della Mole (Derby dari Torino) yang berawal sejak tahun 1906 di mana lucunya Torino sendiri didirikan oleh mantan-mantan pemain Juventus. Rival Juve yang lain di Italia adalah Internazionale; pertandingan Juve vs. Inter dijuluki sebagai Derby d'Italia (Derby dari Italia).[63] Sampai akhir musim 2006 ketika Juve terlempar ke seri-B, Inter dan Juve merupakan dua tim yang tidak pernah terdegradasi ke seri-B. Dua klub ini juga menjadi klub dengan fans terbesar di Italia, sejak pertengahan 1990-an.[63] Juve juga memiliki rival dengan AC Milan,[64] AS Roma[65] dan AC Fiorentina.[66]Sementara untuk kawasan Eropa sendiri, rival utama Juventus adalah Manchester United FC dari Inggris dan FC Bayern Munich dari Jerman, di mana keduanya sangat sering sekali bertemu di ajang Liga Champions Eropa. Satu lagi rival utama Juventus di Eropa adalah Liverpool FC. Khusus Liverpool, tifosi Juve tidak akan pernah melupakan tragedi kerusuhan Heysel 1985 (final Liga Champions 1985), di mana sekitar 30 orang lebih pendukung Juventus tewas di stadion yang berada di Belgia tersebut.
Himne Juventus
Setiap kali Juventus bertanding dihadapan para pendukungnya di Stadion delle Alpi atau Stadion Olimpiade Torino para pendukug Juve selalu menyanyikan sebuah lagu khas untuk mendukung timnya yang tidak diketahui siapa pencipta lagu tersebut. Berikut adalah petikan lagu himne Juventus:[67]Bahasa Italia | Bahasa Inggris | Bahasa Indonesia |
---|---|---|
Forza la Juve la Juve la Juve ale' E' bianconera la bella signora Ale' la Juve la Juve la Juve ale' Solo la Juve e' grande la Juve ale' Tu sei la squadra del cuore Sempre in campo undici eroi Vinci l'impossibile e vai Ti seguiremo anche noi Metti un'altra stella sul petto Mille mani al cielo per te... insieme L'onda di una magica ola partirà Forza la Juve la Juve la Juve ale' E' bianconera la bella signora Ale' la Juve la Juve la Juve ale' Solo la Juve e' magica Juve ale' Forza la Juve la Juve la Juve ale' E' bianconera la nostra bandiera Ale' la Juve la Juve la Juve ale' Solo la Juve e' magica Juve ale' Juve... Juve... Juve... Juve... Notte di Coppa Campioni Notte che non finirà mai Grande l'emozione che dai quando tu vinci per noi Tutti allo stadio a sognare Aspettando l'urlo di un goal... insieme L'onda di una magica ola partirà Forza la Juve la Juve la Juve ale' E' bianconera la nostra bandiera Ale' la Juve la Juve la Juve ale' Solo la Juve e' magica Juve ale' Forza la Juve la Juve la Juve ale' E' bianconera la bella signora Ale' la Juve la Juve la Juve ale' Solo la Juve e' grande la Juve ale' Juve...Juve... |
Forza Juve Juve Juve ale' And the beautiful lady in black and white Ale' Juve Juve Juve ale' Only Juve and great Juve ale' You are the favorite team Also in the eleven heroes Win the impossible and go We will follow Put another star on his chest A thousand hands to heaven for you... set The wave of a magic is start Forza Juve Juve Juve ale' And the beautiful lady in black and white Ale 'Juve Juve Juve ale' Only Juve and magic Juve ale' Forza Juve Juve Juve ale' The black-white is our flag Ale 'Juve Juve Juve ale' Only Juve and magic Juve ale' Juve ... Juve ... Juve ... Juve ... Night of Champions Cup Night that never ends Great feeling from your fans When you win for us All dream in the stadium Waiting for the roar of a goal... set The wave of a magic is start Forza Juve Juve Juve ale ' The black-white is our flag Ale 'Juve Juve Juve ale' Only Juve and magic Juve ale' Forza Juve Juve Juve ale' And the beautiful lady in black and white Ale 'Juve Juve Juve ale' Only Juve and great Juve ale' Juve... Juve... |
Forza Juve Juve Juve ale' Dan wanita cantik dalam warna hitam dan putih Ale' Juve Juve Juve ale' Hanya Juve dan Juve yang terbesar ale' Anda adalah tim favorit Dengan sebelas pahlawan Pergi untuk meraih kemenangan yang tidak terduga Dan kami akan mengikuti Pasang bintang lain di dadamu Seribu tangan ke surga akan diatur untuk Anda... Di awali sebuah gelombang ajaib Forza Juve Juve Juve ale' Dan wanita cantik dalam warna hitam dan putih Ale' Juve Juve Juve ale' Hanya Juve dan keajaiban dari Juve ale' Forza Juve Juve Juve ale' Bendera hitam-putih adalah bendera kita Ale' Juve Juve Juve ale' Hanya Juve dan keajaiban dari Juve ale' Juve... Juve... Juve... Juve... Malam dengan pesta kemenangan Malam yang tidak pernah berakhir Perasaan sukacita dari penggemar Anda Ketika Anda menang bagi kami Semua mimpi di stadion Menunggu gol yang datang... Di awali sebuah gelombang ajaib Forza Juve Juve Juve ale' Bendera hitam-putih adalah bendera kita Forza Juve Juve Juve ale' Hanya Juve dan keajaiban dari Juve ale' Forza Juve Juve Juve ale' Dan wanita cantik dalam warna hitam dan putih Ale' Juve Juve Juve ale' Hanya Juve dan Juve yang terbesar ale' Juve... Juve... |
Pembinaan pemain muda
Para pemain muda dari Juventus telah dikenal sebagai salah satu barisan pemain muda terbaik di Eropa, terutama di Italia.[68] Walaupun tidak semua pemain muda Juve mampu masuk ke tim utama, beberapa di antara mereka sukses juga saat bergabung di klub lain. Dibawah asuhan pelatih Vincenzo Chiarenza, skuat Primavera (U-20) menikmati beragam prestadi, di antaranya adalah merajai kompetisi dari tahun 2004 sampai 2006.Barisan pemain muda Juventus juga dikenal berkontribusi baik bagi tim nasional senior dan juga junior. Di antarapemain-pemain muda Juventus yang berbakat baik antara lain: Gianpiero Combi untuk Piala Dunia 1934, kemudian Pietro Rava untuk Olimpiade 1936 dan Piala Dunia 1938, lalu kemudian ada Giampiero Boniperti, Roberto Bettega, dan bintang Piala Dunia 1982 Paolo Rossi dan yang terkini adalah Domenico Criscito dan Claudio Marchisio yang menjadi sebagian kecil dari mantan pemain akademi Juventus yang sukses di level internasional.[69]
Mirip dengan yang dilakukan klub Eredivisie Belanda, Ajax Amsterdam dan beberapa klub Liga Premier Inggris, Juventus juga mengoperasikan beberapa klub sepak bola satelit dan sekolah sepak bola di beberapa negara di dunia (misal: Amerika Serikat, Kanada, Yunani, Arab Saudi, Australia dan Swiss) dan juga beberapa kamp sepak bola di beberapa negara lainnya untuk mencari pemain-pemain muda berbakat.[70]
Pemain
Tim utama
- Per 31 Agustus 2016.[71]
|
|
Daftar pinjaman
Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional pemain sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat saja mempunyai lebih dari satu kewarganegaraan.
|
|
Kepemilikan bersama
Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional pemain sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat saja mempunyai lebih dari satu kewarganegaraan.
|
|
Staf manajemen
|
Sejarah presidensial
Juventus mempunyai sejarah panjang dalam kepemimpinan klub ditangan seorang presiden, beberapa di antara mereka ada yang menjadi presiden sekaligus pemilik (dari keluarga Agnelli), sebagian lagi ada yang merupakan presiden kehormatan, berikut adalah daftar lengkapnya:[72]
|
|
(cpg.) Presidensial Komite ketika Perang Dunia I.
(int.) Presiden ad-interim.
Sejarah manajerial
Dibawah ini merupakan daftar pelatih Juventus sejak tahun 1923 ketika keluarga Agnelli dari FIAT mengambil alih Juventus,[3] sampai saat ini.[73]
|
|
(int.)Manajer ad-interim.
Prestasi dan penghargaan
Secara umum, Juventus adalah klub tersukses di Italia dengan raihan gelar 44 gelar nasional di Italia, dan salah satu klub tersukses di dunia,[20][22] dengan raihan 11 gelar internasional,[74] dengan raihan rekor 9 gelar UEFA dan dua FIFA.[75] menjadikan mereka sebagai klub keempat yang sukses di Eropa[23] dan juga dunia,[30] di mana semuanya telah diakui secara pasti oleh UEFA dan FIFA, beserta enam konfederasi sepak bola dunia.[74]Juventus telah memenangi 29 gelar Seri-A, dan menjadi rekor terbanyak sampai saat ini, dan juga menjadi catatan tersendiri saat Juve mendominasi lima musim berturut-turut Seri-A dari musim 1930-31 sampai 1934-35. Mereka juga telah memenangi Piala Italia Sembilan kali, dan menjadi rekor sampai saat ini.[76]
Juventus menjadi satu-satunya klub sepak bola Italia yang telah mendapatkan dua bintang sebagai tanda mereka telah menjuarai Seri-A lebih dari 20 kali. Bintang pertama mereka dapatkan pada musim 1957-58 ketika Juve berhasil menjuarai Seri-A untuk kesepuluh kalinya, dan yang kedua pada 1981-82 ketika Juve menjuarai Seri-A untuk keduapuluh kalinya. Juventus juga merupakan klub Italia pertama yang memenangi gelar dobel (Seri-A dan Coppa Italia) sebanyak dua kali, yaitu pada 1959-60 dan 1994-95.
Juventus tercatatkan juga sebagai klub pertama dan satu-satunya di dunia yang berhasil memenangi seluruh gelar kejuaraan resmi,[31] yang diakui oleh FIFA,[27][28][29][77] Juve memenangi Piala UEFA tiga kali, berbagi rekor bersama Liverpool dan Inter Milan.[78]
Klub Turin ini menempati posisi 7 —tetapi teratas untuk klub Italia—dalam daftar Klub Terbaik FIFA Abad 20 yang diumumkan pada 23 Desember 2000.[79]
Juventus juga mendapatkan status sebagai World's Club Team of the Year sebanyak dua kali tepatnya pada 1993 dan 1996[80], dan menempati rangking 3 dalam Rangking Klub Sepanjang masa (1991-2008) oleh International Federation of Football History & Statistics.[81]
Gelar juara nasional Italia
- Juara (32 kali)[82]: 1905; 1925-26[83]; 1930–31; 1931-32; 1932–33; 1933–34; 1934–35; 1949–50; 1951–52; 1957–58; 1959–60; 1960–61; 1966–67; 1971–72; 1972–73; 1974–75; 1976–77; 1977–78; 1980–81; 1981–82; 1983–84; 1985–86; 1994–95; 1996–97; 1997–98; 2001–02; 2002–03; 2011–12; 2012–13, 2013-14, 2014-15, 2015-16.
- Posisi kedua (20 kali): 1903; 1904; 1906; 1937–38; 1945–46; 1946–47; 1952–53; 1953–54; 1962–63; 1973–74; 1975–76; 1979–80; 1982–83; 1986–87; 1991–92; 1993–94; 1995–96; 1999–00; 2000–01; 2008–09.2011/2012 : 2012/2013 : 2013/2014 : 2014/2015
- Juara (1 kali): 2006-07.[84]
- Juara (10 kali): 1937–38; 1941–42; 1958–59; 1959–60; 1964–65; 1978–79; 1982–83; 1989–90; 1994–95; 2014-2015.
- Juara kedua (5 kali): 1972–73; 1991–92; 2001–02; 2003–04; 2011–12.
- Piala Kremlin
Gelar Eropa dan dunia
- Juara (2 kali): 1984-85, 1995-96.[86][87]
- Juara kedua (6 kali): 1972–73; 1982–83; 1996–97; 1997–98; 2002–03; 2014-15
- Juara (1 kali): 1983-84.[88]
Rekor dan statistik klub
Bila dihitung dengan seluruh kompetisi resmi yang diikuti Juventus, Alessandro Del Piero memegang rekor sebagai topskor Juve dengan 241 gol sampai 19 Mei 2008, sejak pertama ia bergabung pada 1993. Giampiero Boniperti, yang sempat menduduki posisi tersebut dengan 182 gol menyusul di posisi kedua, tetapi secara statistic ia masih menjadi topskor terbanyak di ajang seri-A sampai Juni 2007.[96][97]
Pada musim 1933-34, Felice Placido Borel II° mencetak 31 gol dalam 34 kali penampilan, menjadikan rekor pribadi bagi dirinya dan Juventus dalam satu musim. Ferenc Hirzer menjadi topskor terbanyak dalam satu musim dengan 35 gol dalam 26 penampilan di musim 1925-26 (rekor juga untuk sepak bola Italia). Gol paling banyak tercipta oleh satu pemain adalah 6 gol yang dicapai oleh Omar Enrique Sivori ketika Juventus melawan Inter Milan pada musim 1960-61.[36]
Pertandingan resmi perdana yang diikuti oleh Juventus adalah Third Federal Football Championship, yang merupakan pendahulu dari seri-A, melawan Torinese di mana Juve kalah 0-1. Kemenangan terbesar yang dicetak Juve adalah saat melawan Cento dengan skor 15-0 di ronde kedua Coppa Italia pada musim 1926-27. Di seri-A sendiri, Fiorentina dan Fiumana adalah dua klub yang sempat dikalahkan Juve dengan skor besar, masing-masing klub kalah dari Juve dengan skor 11-0 di musim 1928-29. Kekalahan Juventus terbesar diderita saat mereka menjalani musim 1911-12 (melawan AC Milan kalah dengan skor 1-8) dan musim 1912-13 (melawan rival sekota AC Torino kalah dengan skor 0-8).[36]
Si Nyonya Tua memegang rekor sebagai tim dengan produktivitas gol paling besar sepanjang musim, di semua kompetisi, tepatnya pada musim 1992-93 dengan total 106 gol sepanjang musim. Penjualan Zinedine Zidane ke Real Madrid pada 2001 menjadi rekor dunia dengan nilai £46 juta sebelum dipecahkan oleh Cristiano Ronaldo yang juga pindah ke klub yang sama dengan nilai £82 juta.[98]
Kontribusi untuk tim nasional Italia
Berikut adalah daftar pemain Juventus yang dipanggil masuk ke dalam skuat tim Azzuri Italia saat mereka memenangi gelar juara dunia:[101]
- Piala Dunia 1934 (9); Gianpiero Combi, Virginio Rosetta, Luigi Bertolini, Felice Borel IIº, Umberto Caligaris, Giovanni Ferrari, Luis Monti, Raimundo Orsi and Mario Varglien Iº
- Piala Dunia 1938 (2); Alfredo Foni dan Pietro Rava
- Piala Dunia 1982 (6); Dino Zoff, Antonio Cabrini, Claudio Gentile, Paolo Rossi, Gaetano Scirea dan Marco Tardelli
- Piala Dunia 2006 (5); Fabio Cannavaro, Gianluigi Buffon, Mauro Camoranesi, Alessandro Del Piero dan Gianluca Zambrotta
Juventus juga berperan dalam menyumbang pemain-pemain hebat untuk timnas non-Italia. Zinedine Zidane dan Didier Deschamps adalah dua pemain Juve saat mereka memenangi Piala Dunia 1998 membuat Juventus menjadi penyumbang terbanyak skuat juara dunia suatu timnas dengan jumlah 24 pemain. Pemain timnas Perancis lain seperti Patrick Vieira, David Trézéguet dan Lilian Thuram juga sempat singgah bermain di Juventus. Tiga pemain Juve juga memenangi kejuaraan Piala Eropa dengan timnas non-Italia, Luis del Sol menjadi salah satunya saat ia memenangi Piala Eropa 1964 bersama Spanyol, disusul Michel Platini dan Zidane yang memenangi Euro 1984 dan Euro 2000.[103]
Informasi Ekonomi
Jenis | Perseroan terbatas |
---|---|
Didirikan | Turin, Italia (27 Juli 1967) |
Pendapatan |
|
Laba usaha |
|
Laba bersih |
|
Jumlah aset |
|
Jumlah ekuitas |
|
Pemilik | Exor 63.77% (per Agustus 2013) |
Karyawan |
|
Bersama SS Lazio dan AS Roma, Juve menjadi satu dari tiga klub yang tercatat di Bursa Efek Italia. Juventus juga menjadi satu-satunya klub sepak bola yang menjadi anggota STAR (Segment of Stocks conforming to High Requirements, it. Segmento Titoli con Alti Requisiti), salah satu market segmen di dunia.
Tempat latihan Juve saat ini dimiliki oleh Vinovo S.p.A., dan diawasi oleh Juventus Football Club S.p.A dengan kepemilikan modal mencapai 71.3%.
Sejak 1 Juli 2008 Juve bergabung menjadi anggoya Safety Management System untuk karyawan dan atlet sesuai regulasi internasional OHSAS 18001:2007 dan anggota Safety Management System untuk sektor medis sesuai regulasi internasional ISO 9001:2000 resolution.
Merujuk pada jurnal ekonomi The Football Money League yang diterbitkan oleh konsultan keuangan Deloitte, di musim 2005-06 Juventus menjadi klub dengan pemasukan terbesar ketiga di dunia dengan prakiraan pemasukan €251.2 juta. Saat ini, Juve tercatat sebagai klub sepak bola terkaya di dunia berdasar rangking majalah Forbes, di mana di Italia mereka adalah yang terkaya kedua di belakang AC Milan yang dimiliki raja media Italia Silvio Berlusconi.
Pemasok kostum dan sponsor
Periode | Produsen kostum | Sponsor |
---|---|---|
1979–1989 | Kappa | Ariston |
1989–1992 | UPIM | |
1992–1995 | Danone | |
1995–1998 | Sony / Sony Minidisc | |
1998–1999 | D+Libertà digitale / Tele+ | |
1999–2000 | CanalSatellite / D+Libertà digitale / Sony | |
2000–2001 | Ciao Web / Lotto | Sportal.com / Tele+ |
2001–2002 | Lotto | FASTWEB / Tu Mobile |
2002–2003 | FASTWEB / Tamoil | |
2003–2004 | Nike | |
2004–2005 | SKY Italia / Tamoil | |
2005–2007 | Tamoil | |
2007–2010 | New Holland FIAT Group | |
2010–2012 | BetClic / Balocco | |
2012–2015 | FIAT S.p.A (Jeep) |
Juventus dan kemanusiaan
Juventus juga menunjukan komitmennya terhadap segala masalah-masalah humanis dan sosial. Komitmen-komitmen dan proyek-proyek yang senantiasa didukung oleh klub telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam setiap kebijakan dan budaya mereka dalam mewujudkan sebuah nilai-nilai dan idealisme serupa yang selalu dipegang teguh oleh Juventus dalam dunia olahraga dan dapat pula dirasakan dalam bentuk bakti sosial kepada masyarakat.[104]Keterlibatan dan komitmen klub dalam membantu menangani masalah-masalah sosial tentunya datang dari sensitifitas pihak manajemen Juventus terhadap masalah tersebut, yang kemudian berkembang melalui jaringan para penggemar, supporter dan simpatisannya yang tersebar di seluruh dunia. Juventus mampu menciptakan sebuah gairah positif dalam dunia sepak nola yang membuat kelompok-kelompok masyarakat ini memiliki kesamaan keinginan untuk melakukan kebaikan bagi sesama, serta membentuk rasa kesadaran terhadap masalah-masalah tersebut. Hanya dengan sebuah upaya bersama dan mencetak manusia-manusia yang memiliki tingkat kepedulian yang tinggi, yang termasuk pula para pemain hebat yang turut serta bergabung, maka sangatlah mungkin keberhasilan atas rencana besar ini akan dapat diraih.
Dalam beberapa tahun terakhir komitmen-komitmen sosial Juventus telah berhasil menggapai beberapa area dan upaya tersebut telah melahirkan penghargaan yang di kenal dengan "Scudetto della Solidarieta", yang merupakan sebuah penghargaan yang diberikan oleh majalah VITA. Inisiatif-inisiatif Juve yang telah berhasil di antaranya:
- Fatti e Progetti per i Giovani yaitu sebuah perencanaan dalam pengembangan taraf hidup generasi muda yang kemudian membuat meraka belajar hal-hal yang berguna.[104]
- Pembangunan sebuah “Asylum” untuk mengenang Edoardo Agnelli, berkerjasama dengan Vicenza Voluntary Groups, dengan tujuan untuk memberikan tempat penampungan bagi kaum ibu yang berada dalam kesulitan.[104]
- Proyek "Growing Together at The Sant’Anna", dengan tujuan untuk meningkatkan nilai pendanaan bagi proyek perbaikan ruang perawatan bayi yang baru lahir pada Rumah sakit Sant'Anna.[104]
0 komentar:
Posting Komentar