oola yang dipakai dalam piala dunia

Written By iqbal_editing on Jumat, 28 Oktober 2016 | 04.02

Piala Dunia 1930 (Model T dan 12 Panel)

Model panel yang berbentuk T menjadi bola yang digunakan di Uruguay 1930. Selain adanya panel berbentu T, bola di edisi pertama Piala Dunia ini juga masih memiliki bagian yang dijahit. Uniknya, di partai final, ada dua bola yang digunakan, Model T dan 12 panel. Pada babak pertama, T panel digunakan atas permintaan Argentina. Sementara di babak kedua, Uruguay meminta mengganti bola menggunakan bola dengan 12 panel. Pada saat itu, bola terbuat dari karet dan dilapisi oleh kulit.

Piala Dunia 1934 (Federale 102)
Berbeda di Piala Dunia 1930, bola yang digunakan Piala Dunia 1934 hanya terdiri dari 13 panel. Federale 102 merupakan produksi salah satu perusahan asal Italia, ECAS (Ente Centrale Approvvigionamento Sportivi), yang berbasis di Roma. Pada masa ini, penyedia bola resmi Piala Dunia berasal dari produsen-produsen lokal.

Piala Dunia 1938 (Allen)
Nama Allen diambil dari perusahaan yang menyediakan bola di Piala Dunia 1938. Bola ini terdiri dari 13 panel kulit. Di bagian yang masih memiliki jahitan, ada tiga panel, sementara bagian lainnya terdiri dari dua panel. Bola pun masih berbahan dasar karet dan kulit.

Piala Dunia 1950 (Super Duplo T)

Ini menjadi bola pertama yang digunakan di Piala Dunia yang tidak memiliki jahitan. Hal ini lantaran adanya katup yang berada di dalam bola. Warna dasar coklat masih mendominasi bola yang digunakan di Brasil 1950 itu. Selain di Piala DUnia 1950, Super Duplo juga menjadi bola paling populer yang digunakan pada sepanjang 50an.

Piala Dunia 1954 (Swiss World Champions)
Perusahaan yang berbasis di Basel, Kost Sport, menjadi perusahan penyedia bola resmi Piala Dunia 1954. Bola ini memiliki tulisan ''Swiss World Champion'' di salah satu bagiannya. Tidak hanya itu, bola di Swiss 1954 ini menjadi bola pertama yang menggunakan 18 panel.

Piala Dunia 1958 (Top Star)
 FIFA melakukan test buta terhadap 102 kandidat bola resmi Piala Dunia 1958. Empat anggota FIFA saat itu memilih bola keluaran Sydsvenska Läder och Remfabriken asal Swedia. Desainya tidak terlalu banyak berubah dengan bola yang digunakan di Piala Dunia 1954, yaitu memiliki 18 panel. Namun, ada dua warna yang digunakan di sepanjang Piala Dunia 1958, coklat dan putih.

 Piala Dunia 1962 (Crack)
 Di Cile 1962 ada ketidapuasan terkait bola yang diproduksi oleh perusahan lokal negara penyelenggara Piala Dunia. Crack digunakan sebagai bola resmi lantara, wasit asal Inggris, Ken Ashton, mengaku kecewa dengan penggunaan bola produksi lokal. Memiliki 18 panel, guliran Crack sudah hampir mendekati bola-bola yang saat ini digunakan. 

Piala Dunia 1966 (Challenge)
 Model bola di Piala Dunia 1958 kembali digunakan. Namun, perbedaan yang mencolok adanya warna bola yang digunakan, yaitu warna oranye. Perusahaan asal Inggris, Slazenger, ditunjuk sebagai produsen bola resmi Inggris 1966. Ini menjadi bola terakhir yang bukan berasal dari perusahan apparel olah raga terkemuka asal Jerman, Adidas. 

Piala Dunia 1970 (Telstar)

 Perusahaan perlengkapan olah raga asal Jerman, Adidas, kembali menjadi penyedia bola resmi Piala Dunia. Perubahan paling besar terjadi pada penggunaan warna dan desain bola. Warna hitam putih tersebar di 32 panel yang mengelilingi bola. Penggunaan ini dapat memudahkan penonton sepak bola yang menyaksikan pertandingan lewat televisi berwarna. Telstar sendiri merupakan akronim ''Television Star''. Meksiko 1970 juga menjadi awal hegemoni Adidas sebagai penyedia bola resmi Piala Dunia 

Piala Dunia 1974 (Telstar Durlast dan Cile Durlast)
Tidak terlalu banyak perubahan yang terjadi di desain dan warna bola. Adidas masih mempertahankan pola hitam-putih di 32 panel bola. Namun, Adidas menawarkan dua model, Telstar Durlast dan Cile Durlast. Telstar Durlast memiliki tulisan berwarna hitam, sementara Cile Durlast berwarna putih polos. Meski begitu, hingga saat ini, corak hitam-putih Telstar masih menjadi penggambaran umum sepak bola. 

Piala Dunia 1978 (Tango Durlast)
Dianggap bola termahal yang pernah dibuat oleh Adidas, yang mencapai 50 dollar US pada saat itu. Sama seperti Telstar yang berbahan dasar kulit dan karet, Tango DUrlast menampilkan pola baru di permukaan bola. 20 panel dengan pola segitiga seolah menampilkan ilusi optik adanya 12 pola lingkaran yang mengelilingi bola. Pola ini terus bertahan hingga 20 tahun kemudian, atau tepatnya lima gelaran Piala Dunia berikutnya.

Piala Dunia 1982 (Tango Espana)
Pengunaan karet di lapisan terluar membuat bola resmi Spanyol 1982 ini memiliki kualitas tahan terhadap air lebih baik dibanding pendahulunya. Namun, akibat lapisan karet ini, bola justru tidak terlalu kuat dan harus diganti beberapa kali dalam satu pertandingan. Tango Espana adalah bola resmi Piala Dunia terakhir yang menggunakan kulit sebagai bahan dasarnya.

Piala Dunia 1986 (Azteca)
Bola pertama yang menggunakan bahan sintetis, polyurethane, sebagai lapisan terluar bola. Penggunakan bahan sintetis ini agar bola lebih tahan lama, lebih tahan air, dan tetap menjaga bentuk bola saat digunakan.
Berkat teknologi ini, Azteca dapat digunakan di segala cuaca. Azteca juga menjadi bola pertama yang dijahit menggunakan tangan dan menerapkan desain berdasarkan budaya negara tuan rumah. Sesuai namanya, corak bola ini disesuaikan dengan mural serta bentuk arsitektur khas suku Aztec.

Piala Dunia 1990 (Etrusco Unico)
Gambar desain tiga kepala singa Etruscan terpampang di 20 panel yang mengelilingi bola. Pemilihan simbol seni Etruscan merupakan bentuk penghormatan terhadap budaya masa lalu Italia, Etruscan. Sementara di sisi teknologi, bantalan berbahan dasar polyurethane ditempelkan di bawah lapisan terluar bola.

Piala Dunia 1994 (Questra)
Questra, yang berarti perjalanan menuju bintang-bintang, menjadi bola resmi Amerika Serikat 1994. Corak bertema luar angkasa menghiasi pola segitiga yang terdapat di permukaan bola. Corak ini dipilih sebagia bagian peringatan ke-25 tahun peluncuran pesawat ulak-alik Amerika Serikat, Apollo 11. Penggunanan bahan dasar bola dari lima material sekaligus dan lapisan busa polyurethane menjadi teknologi terbaru yang diiperkenalkan Adidas. Perpaduan teknologi ini membuat Questra lebih tahan air dan lebih empuk saat disentuh dan lebih cepat saat digiring.

Piala Dunia 1998 (Tricolore)

Perpaduan corak biru-putih-merah di pola segitiga menjadi ciri khas Tricolore. Warna-warna ini dianggap mewakili Prancis, yang saat itu menjadi tuan rumah. Warna Tricolore pun dianggap memiliki warna yang paling cerah dibanding pendahulunya. Hal ini lantaran bola dilapisi oleh sejenis lapisan kaca. Warna yang lebih cerah akan membantu pemain dalam melihat bola secara lebih jelas. Tricolore menjadi bola pertama yang meninggalkan pakem pola hitam-putih dan menjadi bola berwarna pertama yang digunakan di Piala Dunia.

Piala Dunia 2002 (Fevernova)



Untuk Piala Dunia yang digelar di benua Asia itu, Adidas memperkenalkan Fevernova. Berbagai terobosan teknologi diterapkan di Fevernova, mulai dari lapisan dalam yang lebih tebal, lapisan busa sintaksis, hingga tiga lapisan rajutan di bagian dalam. Semua perpaduan teknologi ini membuat Fevernova lebih stabil saat berada di udara, lebih akurat, dan lebih mudah diprediksi saat berada di udara. Warna emas serta bentuk corak di Fevernova dibuat berdasarkan semangat khas Asia.

Piala Dunia 2006 (Teamgeist)

32 panel di lapisan terluar bola yang telah digunakan sejak Piala Dunia 1970 diubah secara radikal oleh Adidas saat memperkenalkan bola resmi Piala Dunia 2006, Teamgeist. Ada 14 panel melengkung yang membentuk bola. Panel-panel itu pun tidak dijahit melainkan ditempelkan dan terikat satu sama lain. Alhasil, bola berbentuk bulat sempurna dan dapat memberikan efek yang sama saat ditendang di bagian manapun. Selain itu, Teamgeist adalah bola yang paling tahan air dan tidak mengalami penambahan berat saat dimainkan di kondisi basah. Teamgeist, yang berarti ''semangat tim'' ini dirancang oleh tim inovasi Adidas bekerjasama dengan Molten Corporation.

Piala Dunia 2010 (Jabulani)

Bola resmi di Afrika Selatan 2010 ini disebut-sebut sebagai bola paling kontroversial yang pernah dibuat Adidas untuk Piala Dunia. Kritikan yang kerap diungkapkan, Jabulani terlalu ringan dan sangat sulit untuk ditebak arah jatuhnya. Kiper Spanyol, Iker Cassillas, menyebut Jabulani sebagai bola yang buruk. Sementara Gianluigi Buffon berpendapat, Jabulani bukanlah bola terbaik yang pernah diproduksi Adidas. Bahkan sejumlah pemain mengatakan, Jabulani lebih tepat dimainkan di pantai. Padahal dengan penggunaan delapan pelacak panas di 3D panel, Jabulani diklaim sebagai bola yang paling sempurna. Tapi ternyata, teknologi yang diterapkan di Jabulani justru terlalu sempurna untuk ukuran bola sepak.

Piala Dunia 2014 (Brazuca)













Menggunakan grand design bola resmi Piala Eropa 2012, Tango 12, Brazuca menjadi bola yang paling banyak mendapatkan pengujian, terutama dari para pemain profesional. Namun berbeda dengan Tango 12 yang memiliki delapan panel, Brazuca memiliki enam panel. Brazuca dijamin memiliki stabilitas dan cengkraman yang lebih baik dari Jabulani, serta bisa digunakan di segala cuaca. Nama, Brazuca diambil berdasarkan hasil voting yang melibatkan satu juta responden di Brasil. Secara bebas, Brazuca berati gaya hidup orang-orang Brasil.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik