Written By iqbal_editing on Rabu, 28 Juni 2017 | 01.53
PSSI meluncurkan program mercusuar pelatnas jangka panjang ke Uruguay
berlabel Sociedad Anonima Deportiva (SAD) pada tahun 2008. Program ini
hampir mirip dengan Primavera dan Baretti di Italia pada pertengahan
1990-an. Pemain-pemain belia berbakat Tanah Air dikumpulkan dalam satu
tim untuk kemudian bertarung di kompetisi junior di negara yang dituju.
Program SAD yang didanai pengusaha gila bola, Nirwan Dermawan Bakrie,
berjalan selama lima tahun, 2008-2013. Banyak pesepak bola berbakat
mencuat dari program yang kabarnya menelan dana 1 juta dolar per tahun
itu. Bola.com menempatkan empat nama pemain didikan SAD
yang berlaga di kompetisi U-17 dan U-19 Uruguay, yang kariernya
menanjak saat masuk level senior. Siapa-siapa saja mereka?
1. Rizky Pellu
Gelandang jangkar asal Tulehu, Maluku, mengikuti program SAD Uruguay
mulai tahun 2009. Rizky Pellu jadi salah satu pemain andalan SAD
Indonesia saat menempati posisi ke-7 di putaran kedua (Torneo de Honor)
kompetisi Quinta Division U-17 yang diikuti 16 klub Uruguay pada tahun
2011. Pencapaian tertinggi SAD selama berkiprah di negara pengoleksi dua
gelar Piala Dunia tersebut.
Pada tahun 2012 Pellu kembali ke Tanah Air, karena ia gagal mendapat
kontrak dari klub Amerika Latin dan Eropa. Pemain kelahiran 26 Juni 1992
itu bergabung di klub Divisi Utama, Persis Solo.
Setahun kemudian, Rizky hijrah ke Pelita Bandung Raya (PBR) di ISL
2013. Walau prestasi klubnya tidak bagus, namun Rizky justru dapat
kesempatan emas bergabung ke Timnas Indonesia.
Pelatih caretaker Tim Merah-Putih kala itu, Jacksen F.
Tiago, melakukan peremajaan besar-besaran. Rizky jadi salah satu pemain
andalan di lini tengah Timnas Indonesia yang berlaga di Kualifikasi
Piala Dunia 2014. Ditahun yang sama sang pemain jadi bagian skuat inti
Timnas Indonesia U-23 di SEA Games Myanmar.
Tim Garuda Muda yang saat itu dilatih Rahmad Darmawan sukses menembus final SEA Games, sebelum dikalahkan Thailand 0-1. Ia juga jadi bagian Timnas Indonesia Asian Games 2014 yang dinakhodai Aji Santoso.Tahun 2014 jadi tahun keberuntungan bagi Rizky Pellu.
Klubnya PBR sukses menembus semifinal ISL 2014. Pencapaian yang terhitung luar biasa karena komposisi skuat PBR yang dilatih Dejan Antonic terhitung minimalis. Klub tersebut juga tengah bermasalah dengan keuangan.
Rizky Pellu menikmati tugas baru sebagai kapten Mitra Kukar. (Bola.com/Robby Firly)
Penampilan trengginas Pellu membuat Mitra Kukar kepincut. Tim Naga
Mekes yang baru kehilangan gelandang bertahan andalan, Raphael Maitimo,
memboyong sang pemain dari PBR.
Sayang, publik sepak bola nasional belum sempat disuguhi aksi-aksi
Rizky di Mitra Kukar, karena kompetisi ISL 2015 terhenti imbas konflik
sepak bola nasional.
Taji Rizky Pellu terlihat kembali saat klubnya Mitra Kukar
berlaga di Piala Presiden. Di turnamen garapan Mahaka tersebut klub
yang diasuh Jafri Sastra menembus semifinal. Pencapaian yang terhitung
luar biasa, karena klub hanya menggelar persiapan tiga pekan saja. Aksi
Rizky di laga-laga krusial turmamen terlihat dominan.
Kans mengulang prestasi serupa terbuka di Piala Jenderal Sudirman.
Saat ini klub yang dibela Pellu tengah bersaing di fase babak 8 besar. 2. Manahati Lestusen
Manahati Lestusen jadi pemain generasi kedua program SAD Uruguay pada
tahun 2010. Kariernya di sana cepat melesat karena kemampuannya bermain
di banyak posisi. Manahati bisa jadi gelandang bertahan serta stopper
denga sama bagusnya. Ia bahkan sempat jadi kapten tim lapis kedua SAD
Uruguay.
Ia sempat dipijam Penarol pada musim 2011 sebelum kemudian dikontrak
CS Vise pada 2012-2013. Ia hanya semusim di Belgia, sebelum akhirnya
mudik ke Tanah Air untuk membela Timnas Indonesia U-23 di SEA Games
2013.
Pesepak bola kelahiran Liang, Ambon, Maluku pada 17 Desember 1993
itu, disebut Rahmad Darmawan sebagai salah satu pemain penting di Tim
Garuda Muda yang sukses menembus final SEA Games.
Di ajang multievent edisi selanjutnya pada 2015 Manahati bahkan
didapuk jadi kapten Tim Merah-Putih, setelah sebelumnya masuk skuat
Timnas Indonesia senior di Piala AFF 2014.
Manahati Lestusen saat membela Timnas Indonesia U-23 di ajang SEA Games 2015 Singapura (Bola.com/Arief Bagus)
Manahati jadi rebutan banyak klub Tanah Air saat mudik dari Belgia.
Pemain yang punya suara merdu saat menyanyi itu membela Persebaya
Surabaya di Indonesia Super League 2014.
Hanya semusim di Tim Bajul Ijo, ia pindah ke Barito Putera. Sayang
karena kompetisi ISL berhenti, Barito membubarkan tim. Mahanati kemudian
memutuskan mengikuti tes TNI AD. Sembari berdinas sebagai tamtama ia
juga jadi pemain PSMS Medan. Di ajang Piala Jenderal Sudirman Manahati
membela PS TNI sebagai kapten kedua di bawah, Legimin Raharjo.
3. Hansamu Yama Pranata
Hansamu Yama Pranata, bek berdarah Mojokerto, mengikuti progam SAD
edisi terakhir interval tahun 2012 hingga 2013. Selepas berlatih di
Uruguay, Hansamu langsung bergabung dengan program pelatnas jangka
panjang Timnas Indonesia U-19 asuhan Indra Sjafri.
Hansamu jadi pemain penting kala Tim Garuda Jaya memenangi Piala AFF
U-19 2013 di Sidoarjo. Ia juga aktor kunci di sektor belakang saat
membantu Timnas Indonesia U-19 lolos ke putaran final Piala AFC U-19
2014. Di babak kualifikasi Evan Dimas dkk. mengalahkan juara bertahan
turnamen, Korea Selatan dengan skor 3-2.
Timnas Indonesia U-19 yang amat populer dengan permainan indah tiki-taka
ala Barcelona dibubarkan pasca Piala AFC U-19 di Myanmar. Di tahun 2015
ini, Hansamu memulai perjalanan sebagai pesepak bola profesional
bersama klub Barito Putera.
Hansamu Yama Pranata (Bola.com/Robby Firly)
Karena dinilai berbakat ia tidak kesulitan mendapatkan klub pasca
Barito membubarkan diri pada bulan April silam. Ia dipinang Bali United
untuk keperluan tampil di Piala Jenderal Sudirman. Di klub tersebut ia
bereuni dengan mantan mentornya, Indra Sjafri.
Hansamu Yama sempat membela Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2015
Singapura. Kabar terakhir pasca turnamen PJS ia ditawari kontrak jangka
panjang oleh Bali United. 4. Yandi Sofyan Munawar
Yandi Sofyan mengikuti progam SAD pada tahun 2009 hingga 2011. Ia
jadi salah satu pemain yang berkesempatan bergabung ke klub milik
pengusaha, Nirwan Dermawan Bakrie, CS Vise pada 2011-2012.
Pulang ke Indonesia Yandi yang merupakan adik kandung bomber kawakan
Zaenal Arif, mencoba peruntungan bergabung dengan Arema Cronus pada
tahun 2013-2014. Pada saat berkostum Tim Singo Edan Yandi sempat
dipinjam klub Australia, Brisbane Roar.
Yandi Sofyan Munawar (Bola.com/Arief Bagus)
Brisbane-Arema-Vise dikendalikan oleh Cronus perusahaan yang dimiliki
Nirwan Dermawan Bakrie. Hampir setahun Yandi berkiprah di Negeri
Kangguru. Ia jadi pemain inti di tim junior Brisbane Roar.
Pulang ke Tanah Air pada medio awal 2014, Yandi memutuskan menyudahi
kontrak dengan Arema. Penyerang berumur 23 tahun itu memilih mudik ke
klub kampung halamannnya, Persib Bandung. Sebagai pemain asal Jawa Barat (tepatnya Garut) Yandi sejak kecil terobsesi membela Maung Bandung.
Yandi menjadi bagian dari 'tim juara' Persib di ISL 2014 dan Piala Presiden 2015, walau berstatus sebagai pemain pelapis.
Karier Yandi juga terhitung mulus di level timnas. Ia jadi salah satu
pilar Timnas Indonesia U-19 pada tahun 2009-2010. Yandi naik kelas
membela Timnas Indonesia U-23 di SEA Gamed 2013 dan 2015.
Pekerjaan rumah terbesar Yandi saat ini adalah menjadi penyerang produktif di klubnya agar bisa jadi pemain pilihan utama.
0 komentar:
Posting Komentar