Para petenis penyandang
cacat ini bermain dengan menggunakan kursi roda yang dirancang khusus
untuk bermain tenis. Serukah? Bukan hanya, seru tapi juga mencengangkan!
Bayangkan bagaimana mereka begitu cepat melakukan gerakan dalam
mengejar bola, sementara tangan mereka harus mengayuh roda kemudian
sudah harus siap memukul bola. Konsentrasi yang memukau!
Mereka
pun memiliki peringkat dalam dunia tenis. Petenis nomor 1 dunia
penyadang cacat berasal dari Jepang yaitu Shingo Kunieda. Dia 4 kali
meraih gelar juara di Australia Terbuka dan Perancis Terbuka, termasuk
kemenangannya di sini pada Jumat (4/6/10) siang, 2 kali juara di AS
Terbuka, sebagai pemenang pertama sebanyak 3 kali di ajang Olimpiade.
Selain itu, kejuaraan lainnya sebagai pemain ganda di grand slam juga
lebih dari 3 kali. Suatu prestasi yang sangat gemilang.
Saya
melihat pertandingan final tunggal pria dan wanita hingga ganda pria
dan wanita. Kecepatan cara mereka berputar, melakukan pukulan tajam dan
kerja sama antara pemain untuk pertandingan ganda, merupakan suatu
tontonan yang sangat menarik dan menjadi ajang tanding yang patut lebih
disoroti dalam dunia tenis.
Apakah peraturan
bagi tenis penyandang cacat sama dengan tenis normal? Semuanya hampir
sama, hanya bedanya bola tenis boleh memantul hingga dua kali sebelum
dipukul pemain. Ini tentu saja normal, mengingat kecepatan kursi roda
tidaklah sama dengan kaki pemain normal. Perbedaan kedua yaitu,
berlangsung 2 set untuk setiap pertandingan dan tidak ada istilah
advantage saat score kedua pemain sama yaitu 40-40.
Saya
berhasil mewawancari Kunieda usai pernyerahan trofi. Pertanyaan saya
pertama adalah mengapa memilih tenis? Jawabnya sangat mengejutkan,
karena sebelumnya dia sangat membenci tenis, dan sang ibulah yang
menyuruhnya bermain tenis sejak dirinya berusia 4 tahun. Pada umur 9
tahun, dirinya dinyatakan mengidap penyakit kanker tulang punggung yang
menyebabkan dia lumpuh.
Namun kegigihan sang
ibu agar dirinya melakukan olahraga tenis, yang bisa menguatkan otot
tangannya malah membawanya kini menjadi peringkat pertama dunia. Dan
dirinya menjadi terkenal di negaranya, nama serta fotonya sering termuat
dalam berbagai media massa, bahkan berbagai produk iklan
dibintanginya.
Saya tanyakan apa yang membuatnya dapat bertahan menjadi juara dalam setiap grand slam?
"Resep
saya adalah, setiap kali bermain tak pernah memikirkan masalah
peringkat pemain. Bagi saya bagaimana di setiap pertandingan permainan
saya bisa selalu berkembang dengan baik hingga dalam setiap pertandingan
saya berusaha untuk menikmatinya. Tak ada beban, membuat badan saya
menjadi rileks dan itu sangat membantu agar otot-otot saya bisa
melakukan gerakan dengan baik."
Menurut
Kunieda, olahraga tenis bagi peyandang cacat saat ini mulai sangat
dikenal di negaranya, bahkan tambahnya sambil menyelidik, yayasan
penyadang cacat internasional melakukan gerakan berupa bantuan serta
sarana bagi para penyandang cacat di Indonesia yang kabarnya berjalan
sangat baik. "Anda tentu tahu soal itu bukan?" tanyanya sambil
tersenyum.
0 komentar:
Posting Komentar