cedera yang sering dialam pelari

Written By iqbal_editing on Sabtu, 17 Desember 2016 | 18.59

nis Cedera yang Sering Dialami Pelari

Senin, 03 November 2014 | 10:24 WIB
Jenis Cedera yang Sering Dialami Pelari
Peserta lomba kelelahan usai menyelesaikan lari Marathon dalam acara "Mandiri Jakarta Marathon 2014" di pelataran Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Minggu, 26 Oktober 2014. TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Olahraga lari yang sedang digandrungi banyak orang tak lepas dari intaian cedera. Pelari pemula, misalnya, banyak yang merasakan nyeri di bagian telapak kaki, dari ujung jari hingga tumit. Sedangkan mereka yang sering melakukan lari cepat atau sprint, dokter spesialis kesehatan olahraga Hario Tilarso menjelaskan, biasanya merasakan sakit pada ujung telapak.

Adapun penggemar lari jarak jauh mengalami kesakitan yang umumnya melanda bagian tengah telapak hingga tumit. Namun, Hario melanjutkan, tipikal nyeri tersebut bisa berbeda, bergantung pada cara orang menapak. "Ada yang lebih banyak menggunakan tumitnya ketika berlari, sehingga dari sepatunya terlihat bagian belakang yang lebih cepat aus," katanya pekan lalu.

Trauma berulang di bagian telapak ini akan menimbulkan plantar fasciitis atau peradangan ligamen--jaringan ikat antartulang. Tandanya, kata pengajar di Ilmu Kedokteran Olahraga Universitas Indonesia ini, ketika bangun tidur terjadi kekakuan di bagian telapak. "Kalau jalan sepuluh langkah baru terasa, kemudian nyeri itu hilang lagi," kata Hario.

Naik dari pergelangan kaki, yaitu lutut. "Di sini terletak sendi yang paling rumit," kata Ketua Perhimpunan Pembina Kesehatan Olahraga Indonesia ini. Pada persendian yang merupakan titik temu antara paha dan betis ini terdapat bantalan yang berfungsi sebagai peredam. Ya, lutut mirip shockbreaker pada mobil. (Baca: Terbukti Olahraga Lebih Baik daripada Obat)



Bagian yang lentur ini akan menahan berat tubuh. Hario menjelaskan berlari itu sama saja memberi beban lutut dan engkel 5-8 kali berat badan. Jadi orang dengan tubuh seberat 80 kilogram, sekali dia menapakkan kaki ke bumi, dia menjatuhkan bobot hingga 400 kilogram untuk lututnya. Adapun untuk berjalan, hanya maksimal dua kali berat badan yang ditanggung lutut.

Nyeri di lokasi ini, menurut dokter spesialis kesehatan olahraga lainnya, Michael, biasanya muncul akibat kesalahan teknik berlari. Atau memang orang tersebut memiliki otot penopang yang lemah. Untuk orang seperti itu, ia menyarankan agar memakai alat bantu penahan maupun penyokong lutut. (Baca juga: 5 Manfaat Olahraga di Luar Ruangan)

Cedera kedua yang sering ditemui adalah pada bagian betis dan paha. "Biasanya karena peregangan yang kurang baik," kata Michael. Akibatnya, ketika paha terus dipacu untuk berlari, ototnya akan tertarik. Timbullah dua penyebab nyeri, yaitu strain atau otot tertarik, dan sprain yang berupa robekan serat otot. Responsnya berupa bengkak dan keseleo di paha belakang.

Terakhir adalah cedera di bagian pinggang. Michael mengatakan cedera ini mudah dijumpai pada mereka yang punya masalah berat badan. Ia menganjurkan pelari obesitas untuk memulai dengan jarak dan waktu yang pendek, mengingat beban lutut yang harus menopang bobot tubuh. Kalau lutut tidak kuat, nyerinya bisa menjalar ke pinggang.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik