Mental juara yang pantang mundur walau cedera.
Anda mungkin tahu sepeda BMX (Bicycle Motocross), tapi mungkin tidak banyak tahu jika kategori sepeda ini juga dilombakan secara profesional. Tidak hanya lomba trik seperti skateboard, BMX juga dilombakan secara race, seperti motocross sebenarnya. Di Indonesia? Ya, di Indonesia juga ada, bahkan di Sea Games 2011 kemarin atlet-atlet BMX Indonesia mampu menorehkan prestasi, salah satunya Toni Syarifudin.
Sejak remaja, Toni sudah terobsesi pada BMX. Pada tahun 2005 ia nekat mengikuti balapan BMX di Klaten, Jawa Tengah, meski tidak ada kategori usia yang sesuai dengannya. Saat itu ia masih berusia 13 tahun dan harus menghadapi pesepeda yang berusia lebih tua. “Tapi saya mampu memimpin di babak penyisihan mengalahkan pembalap dewasa,” kenangnya ketika berbincang dengan Fitness For Men melalui surat elektronik beberapa waktu lalu.
Meski bertubuh lebih kecil dan belum ada pengalaman tanding, Toni tetap percaya diri turun di perlombaan perdananya. Namun, pengalaman pertama memang tidak melulu berakhir manis. Di babak selanjutnya Toni terjatuh, sehingga ia gugur dan tidak bisa melanjutkan ke babak berikutnya. “Meski gagal tapi itu adalah perlombaan yang paling mengesankan bagi saya,” jelas Toni.
Anda mungkin tahu sepeda BMX (Bicycle Motocross), tapi mungkin tidak banyak tahu jika kategori sepeda ini juga dilombakan secara profesional. Tidak hanya lomba trik seperti skateboard, BMX juga dilombakan secara race, seperti motocross sebenarnya. Di Indonesia? Ya, di Indonesia juga ada, bahkan di Sea Games 2011 kemarin atlet-atlet BMX Indonesia mampu menorehkan prestasi, salah satunya Toni Syarifudin.
Sejak remaja, Toni sudah terobsesi pada BMX. Pada tahun 2005 ia nekat mengikuti balapan BMX di Klaten, Jawa Tengah, meski tidak ada kategori usia yang sesuai dengannya. Saat itu ia masih berusia 13 tahun dan harus menghadapi pesepeda yang berusia lebih tua. “Tapi saya mampu memimpin di babak penyisihan mengalahkan pembalap dewasa,” kenangnya ketika berbincang dengan Fitness For Men melalui surat elektronik beberapa waktu lalu.
Meski bertubuh lebih kecil dan belum ada pengalaman tanding, Toni tetap percaya diri turun di perlombaan perdananya. Namun, pengalaman pertama memang tidak melulu berakhir manis. Di babak selanjutnya Toni terjatuh, sehingga ia gugur dan tidak bisa melanjutkan ke babak berikutnya. “Meski gagal tapi itu adalah perlombaan yang paling mengesankan bagi saya,” jelas Toni.
Dari suka jadi serius
Selanjutnya sudah bisa ditebak, Toni terus memantapkan pengalamannya dari satu perlombaan ke perlombaan lainnya. Dari satu trek ke trek lain, Toni menguji keberanian untuk memacu sepeda BMX-nya dengan kecepatan tinggi, melompati berbagai rintangan. “Bagi saya BMX itu olahraga sepeda yang paling menyenangkan,” kata Toni.
Selanjutnya sudah bisa ditebak, Toni terus memantapkan pengalamannya dari satu perlombaan ke perlombaan lainnya. Dari satu trek ke trek lain, Toni menguji keberanian untuk memacu sepeda BMX-nya dengan kecepatan tinggi, melompati berbagai rintangan. “Bagi saya BMX itu olahraga sepeda yang paling menyenangkan,” kata Toni.
Nama Toni mulai mencuat di dunia BMX lokal Jawa Tengah. Akhirnya ia
sampai pada kesempatan mewakili daerahnya untuk mengikuti seleksi atlet
BMX Jawa Tengah sebagai persiapan menghadapi PON 2008 Kalimantan Timur.
“Dari beberapa seleksi itu saya menang, akhirnya saya semakin serius
berlatih,” terang Toni.
PON 2008 Kalimantan Timur pun menjadi ajang pertama Toni sebagai atlet daerah. Turun di nomor Men Elite BMX Racing,
Toni tak terbendung. Di kejuaraan pertama sebagai atlet daerah itu Toni
meraih medali emas. “Saya memang mempersiapkan diri dengan sangat
serius untuk mengikuti PON 2008,” ujar Toni.
Memang, di PON 2008 itu, Toni masih turun sebagai atlet junior. Baru di
tahun 2011, ia turun secara profesional sebagai atlet senior dan mulai
mengikuti berbagai perlombaan BMX racing di dalam dan luar negeri. “Saat
masih junior, saya yakin jika terus mengasah teknik di trek BMX, saya
bisa bersaing dengan pembalap-pembalap profesional lainnya,” terang Toni
yang saat ini sedang berlatih secara intensif di Swiss.
Mental juara
Meski masih muda, kelahiran 13 Juni 1991, Toni terlihat sudah memiliki mental juara. Selain kenekatannya mengikuti perlombaan BMX yang tidak menyediakan kategori usia yang sesuai dengannya, Toni beberapa kali pernah berlomba dalam kondisi tidak 100% prima.
Meski masih muda, kelahiran 13 Juni 1991, Toni terlihat sudah memiliki mental juara. Selain kenekatannya mengikuti perlombaan BMX yang tidak menyediakan kategori usia yang sesuai dengannya, Toni beberapa kali pernah berlomba dalam kondisi tidak 100% prima.
Di beberapa kejuaraan tercatat Toni tetap berhasil meraih medali emas
meski tampil timpang. Di PON 2012 kemarin, ia mampu menyelesaikan lomba
meski dengan kondisi ligamen lutut yang putus. Tapi ia tetap berhasil
masuk garis finish pertama dan meraih emas. “Pada akhirnya saya bisa
mempertahankan emas PON,” tegas Toni.
Tidak hanya itu, Toni juga pernah memaksakan berlomba dengan kondisi
tulang tangan retak, akibat terjatuh saat latihan. Tapi di akhir
perlombaan, ia berhasil keluar sebagai juara Thailand National Series 2011. “Saya berusaha melupakan ketakutan untuk jatuh,” terangnya membeberkan kepercayaan dirinya.
Sayangnya, di Sea Games 2011 kemarin, Toni gagal mempersembahkan medali
emas bagi kontingen Indonesia. Toni hanya berhasil finish di urutan
kedua dengan total waktu 45,12 detik. Padahal di berbagai persiapan dan
di babak kualifikasi Toni tampil meyakinkan untuk dapat meraih medali
emas. “Saya sangat kecewa. Saat itu kondisi badan saya buruk, sehingga
tidak bisa maksimal. Kondisi badan saya terlalu kurus, normalnya 65kg
menjadi 62kg. Mungkin karena latihanya berat tapi pola makan saya tidak
baik,” jelasnya.
BMX Indonesia mendunia
Prestasi dan usianya yang masih muda membuat UCI (Union Cycliste Internationale) atau International Cycling Union memberi Toni kesempatan untuk berlatih di Swiss sejak Maret lalu sampai Juni kemarin. “Ketika mengikuti kejuaraan Asia di Surabaya tahun 2012 dan mendapatkan perak Sea Games, World Cycling Center tahu nama saya, lalu mengundang saya untuk berlatih di Swiss,” jelas Toni.
Prestasi dan usianya yang masih muda membuat UCI (Union Cycliste Internationale) atau International Cycling Union memberi Toni kesempatan untuk berlatih di Swiss sejak Maret lalu sampai Juni kemarin. “Ketika mengikuti kejuaraan Asia di Surabaya tahun 2012 dan mendapatkan perak Sea Games, World Cycling Center tahu nama saya, lalu mengundang saya untuk berlatih di Swiss,” jelas Toni.
Di sana Toni mempertajam tekniknya, seperti teknik start, sprint, dan
teknik ketika di trek. Selain itu ia juga mempelajari teknik weight training untuk
menopang kemampuan teknik BMX-nya. Tidak hanya berlatih, Toni juga
dijadwalkan mengikuti Swiss Cup dan berbagai seri kejuaraan di Eropa.
“Latihan ini semakin memotivasi saya menjadi juara asia dan mengikuti
Asian Games 2014 di Korea, serta bersaing di kelas dunia,” ujar Toni.
Tidak hanya ambisi prestasi pribadi, tapi di usia yang relatif muda,
Toni juga ingin semakin memperkenalkan BMX di Indonesia. “Saya ingin
memajukan BMX di Indonesia. Untuk memajukanya saya harus bisa menjadi
juara di event-event besar internasional, sehingga banyak orang yang
tahu dan tertarik dengan BMX dan mereka akan mencobanya,” tegas Toni.
0 komentar:
Posting Komentar